Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah telah berhasil menarik sembilan investor di bidang industri logam dasar dengan nilai investasi mencapai 13,3 miliar dolar Amerika Serikat.

"Dengan adanya upaya pemerintah untuk memberikan insentif, setidaknya telah berhasil menarik sembilan investor industri logam dasar," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat, saat memberikan sambutan pada "First Heating Coke Oven Plant PT Krakatau-Posco" di Cilegon, Banten, Selasa.

Hidayat mengatakan, dengan adanya investasi baru tersebut, khususnya untuk produk baja, diharapkan mampu mensubstitusi kebutuhan pasar domestik.

"Kebutuhan pasar domestik yang bisa disubtitusi diharapkan sebesar 6,8 juta ton per tahun, sementara untuk impor, hingga saat ini mencapai sembilan juta ton per tahun," kata Hidayat.

Agar pengembangan industri nasional terarah, efektif dan efisien, jelas Hidayat, pihaknya telah menyusun Roadmap pengembangan industri logam nasional yang terdiri dari Roadmap Industri Baja, Aluminium, Nikel, dan Tembaga dengan memanfaatkan potensi logam dalam negeri.

Beberapa upaya pemerintah untuk menarik investasi antara lain adanya insentif fiskal berupa tax holiday yang tertuang dalam PMK 130 Tahun 2011, fasilitas tax allowance (PP No 52 Tahun 2011), serta pembebasan bea masuk atas impor mesin serta barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal (PMK 176 Tahun 2009).

"Di samping itu, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan perlindungan berupa SNI Wajib, safeguard, anti dumping, dan mekanisme pengendalian impor," kata Hidayat.

Mekanisme pengendalian impor tersebut, kata Hidayat, berupa Importir Produsen (IP) / Importir Terdaftar (IT) serta faktor pendorong terjadinya demand produk baja dari pelaksanaan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Salah satu investasi yang akan mulai beroperasi pada akhir 2013 ini adalah pabrik baja PT Krakatau-Posco yang pembangunannya sudah mencapai 90 persen dan tengah memasuki tahap uji coba operasional.

Pada investasi tahap pertama, pabrik tersebut menelan biaya investasi sebesar tiga miliar dolar Amerika Serikat, dan pada pengembangan untuk tahap kedua akan menelan biaya yang sama serta meningkatkan kapasitas produksi mencapai enam juta ton per tahun.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2013