Baghdad (ANTARA News) - Para gerilyawan menyerang kota-kota di seluruh Irak pada Senin dengan bom-bom mobil, serangan bunuh diri, dan pertempuran senjata, menewaskan lebih dari 70 orang pada kekerasan sektarian yang makin memburuk.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan sepanjang hari kebanyakan di Irak utara itu, namun para pejabat menyalahkan banyak kekerasan yang telah menewaskan hampir 2.000 orang sejak April itu dengan gerilyawan Sunni yang terkait dengan Al Qaida sayap lokal.

Pertumpahan darah tersebut disertai dengan meningkatnya ketegangan politik antara pemimpin mayoritas Syiah Irak dan masyarakat Sunni, yang percaya bahwa mereka telah terpinggirkan sejak jatuhnya Saddam Hussein setelah invasi pimpinan AS tahun 2003.

Serangan-serangan Senin sebelumnya ditargetkan pada pasar-pasar di dua kota utara Irak. Tetapi kemudian pemberontak memukul pasukan keamanan, termasuk serangan yang melibatkan pembom bunuh diri dan roket pada markas besar polisi di kota Mosul yang menewaskan 24 orang, banyak dari mereka polisi dan tentara.

Jumlah korban tewas bulanan baru-baru ini menjadi terburuk sejak pertumpahan darah antar-komunal lima tahun lalu yang menewaskan puluhan ribu orang, memecah Baghdad menjadi kabupaten-kabupaten berdasarkan pada sekte agama dan membawa Irak ke tepi perang saudara berskala luas.

Konflik sektarian makin meningkat di negara tetangga Suriah, di mana Syiah Iran dan Sunni negara-negara Teluk saling mendukung pihak-pihak yang berlawanan, juga telah memberikan tekanan pada kerapuhan antar-komunal dan keseimbangan etnis Irak sendiri.

Disegarkan oleh ketidakpuasan sebagian besar pemberontakan Sunni Suriah dan Sunni Irak, sayap lokal Al Qaida, Negara Islam Irak, telah merekrut dan mendapatkan kembali tanah yang hilang selama perang dengan tentara AS yang meninggalkan Irak pada Desember 2011, demikian Reuters melaporkan.

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013