Wina (ANTARA News) - Tentara Austria di pasukan pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai ditarik dari dataran tinggi Golan pada Rabu, kata kementerian pertahanan, hanya beberapa hari sesudah Wina memutuskan berhenti dari tugas itu.

Austria, sokoguru pasukan itu, yang memantau gencatan senjata Suriah dengan Israel, pada Kamis mengumumkan akan menarik penjaga perdamaiannya karena keamanan memburuk di dataran tinggi strategis tersebut, lapor AFP.

Menteri Pertahanan Gerald Klug menyatakan penarikan 378 tentara Austria di Golan akan memakan waktu dua hingga empat pekan.

Juru bicara kementerian pertahanan kepada kantor berita Prancis AFP menyatakan penarikan itu dimulai pada Rabu.

Menteri Luar Negeri Michael Spindelegger pada Senin membela langkah itu dalam menghadapi kecaman Israel dan beberapa partai lawan Austria serta kekhawatiran di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Kami mengambil keputusan ini di pemerintahan dan akan menerapkannya," katanya setelah sidang dewan keamanan negara.

Penarikan tentara Austria akan menyisakan Pasukan Pengamat Pemisahan Persrkatan Bangsa-Bangsa (UNDOF) dengan hanya 341 tentara dari Filipina dan 193 dari India.

Jepang dan Kroasia juga menarik diri dalam beberapa bulan belakangan, karena pertempuran pasukan pemerintah Suriah dengan pemberontak menyebar ke wilayah gencatan senjata tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada pekan lalu menyatakan pasukannya dapat menggantikan tentara Austria, tapi berdasarkan perjanjian 1974, yang menciptakan pasukan itu, anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak diizinkan mengambil bagian.

Duta Besar Amerika Serikat untuk Wina menyesalkan keputusan Austria itu dan menyerukan ditinjau.

"Austria seharusnya menyerukan pembahasan lebih luas di Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang peningkatan senjata dan peralatan bagi pasukan," katanya seperti dikutip "Die Presse".

UNDOF memantau gencatan senjata di dataran tinggi Golan antara Israel dengan Suriah sejak 1974.

UNDOF memiliki sekitar 1.000 tentara penjaga perdamaian dan petugas sipil dari Austria, India, Maroko dan Moldova, selain Filipina.

Presiden Filipina Benigno Aquino pada Selasa mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan keamanan lebih kepada penjaga perdamaiannya -yang tertekan- di dataran tinggi Golan Suriah, sehingga satuan Filipina dapat menetap.

Benigno bertemu dengan penasihat tertinggi keamanan pada hari itu, membahas saran Menteri Luar Negeri Albert del Rosario untuk segera memulangkan pasukan Filipina setelah beberapa diculik pemberontak Suriah. (B002/M016)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2013