Jakarta (ANTARA News) - Lima orang yang diduga terlibat dalam carok massal di Pamekasan, Rabu (12/7), yang menewaskan sedikitnya delapan warga Desa Bujur Tengah Batu Marmar, Pamekasan, Madura, sudah ditangkap dan kini diamankan aparat kepolisian setempat. "Polisi telah menangkap lima tersangka pelaku carok massal atas kerja sama masyarakat dan Samapta Polres Pamekasan," kata Wakil Divisi Humas, Mabes Polri, Brigjen Polisi Anton Bachrul Alam, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, nama-nama tersangka yang kini diamankan polisi adalah Matredi, Fuali, Matoli, Baedawi, dan Abdul Baqi, semuanya warga Pamekasan. Hingga Jumat, polisi masih mengejar satu oknum yang diduga terlibat dalam kasus itu, berinisial MB, katanya. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusuhan lanjutan, pihaknya telah menurunkan 500 personil Polri yang terdiri dari Brigade Mobil (Brimob) dan Samapta Polwil Madura dan Polres Pamekasan. Carok massal yang berawal dari kasus tanah kas desa antara Kepala Desa Bujur Tengah Mursyidin dan mantan Kepala Desa Baidowi itu terjadi 12 Juli lalu. Saat itu, sekitar Pukul 08.15 WIB, Kepala Desa dan istrinya didampingi beberapa orang hendak mendatangi rumah mantan Kepala Desa yang sebenarnya masih kerabat. Namun di tengah jalan, kubu tersebut dihadang sekelompok orang yang memihak mantan Kepala Desa. Kesalahpahaman pun terjadi sehingga pecahlah bentrok antar puluhan orang menggunakan senjata tajam dan petasan ukuran besar. Carok massal yang sulit didamaikan itu, akhirnya menelan korban delapan orang yang tewas di TKP masing-masing adalah Haji Mursyidin (35) Kepala Desa Bujur Tengah, Hajah Nurasisah (52) Ibu Kepala Desa, Zainul (42), Haji Makmuf (42), Muhri (34), Syafi`i (30), Makruf (31) dan Tahim (32). Keenam nama yang disebut terakhir adalah juga warga desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar. Korban luka berat yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pamekasan adalah Misrun, Rahim, dan Sulaiman. Dr.A.Latief Wiyata, penulis buku "Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura", mendefinisikan carok sebagai suatu bentuk kekerasan yang memiliki latar belakang dan pesan kultural yang maknanya dapat terungkap bila carok dilihat dari konteks lingkungan sosial-budaya masyarakat Madura. Dalam bukunya itu, Latief mengatakan, carok selalu berawal dari konflik yang melibatkan unsur pelecehan harga diri.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006