Jakarta (ANTARA News) - Ratusan senjata api yang diserahkan maupun disita dari warga Poso, Sulawesi Tengah, tidak ada kaitannya dengan kasus penemuan senjata dan ribuan amunisi di rumah Wakil Asisten Logistik Kasad, Brigjen Koesmayadi, yang meninggal 25 Juni lalu. "Selama enam bulan saya bertugas pada Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Koopskam) di Sulawesi Tengah sejak 9 Januari lalu, sebanyak 234 senjata api rakitan, 1.520 amunisi, sebuah mortir, lima buah megazen, serta 86 buah anak panah diserahkan secara sukarela oleh warga yang sempat terlibat konflik beberapa waktu silam," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Paulus Purwoko, di Jakarta, Jumat. Menurut dia, senjata api tersebut sebagian besar merupakan rakitan tangan yang tampak sangat sederhana. Sebanyak delapan pucuk senjata api (Senpi) organik juga diserahkan warga kepada Koopskam berjenis FM dan NM-16. Dari mereknya diketahui bahwa senjata-senjata itu bukan senjata standar Polri ataupun TNI. Ia mengatakan, sebuah bom molotov yang meledak di kebun kosong tanpa korban jiwa itu sempat pecah sebelum meledak karena dibuat dengan teknik rakitan yang sangat sederhana. "Jadi kami yakin kalau senjata api di sini tidak ada kaitannya dengan kasus Koesmayadi," katanya. Menurut informasi intelejen, senjata-senjata tersebut berasal dari pasar gelap senjata di Filipina Selatan, sedangkan, senjata api yang ditemukan di rumah almarhum Koesmayadi di Jalan Pangandaran 15, Ancol, Jakarta Utara, diduga keseluruhan senjata organik, katanya. Di rumah alm Koesmayadi itu ditemukan 145 pucuk senjata, terdiri dari 96 pucuk senjata laras panjang, tujuh pucuk senjata laras panjang tanpa alur, 42 pucuk senjata laras pendek, dan 28.985 butir peluru serta beberapa amunisi. "Kami tegaskan sekali lagi senjata-senjata di Poso itu berbeda dengan yang ditemukan di kediaman Koesmayadi," katanya. Menurut Paulus yang selama enam bulan terakhir bertugas di Poso, senjata api di wilayah rawan konflik tersebut hampir keseluruhan didapatkan Koopskam secara sukarela dari warga setempat. "Ini merupakan tujuan kami menjadi fasilitator perdamaian di Poso. Kami berharap semua pihak di sini mendukung upaya rekonsiliasi sehingga tanpa ada pemaksaan, masyarakat secara sadar dan sukarela menyerahkan senjatanya kepada kami," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006