Batam (ANTARA News) - Bea keluar atas ekspor biji kakao yang diberlakukan sejak 1 April 2010 telah mendorong berkembangnya industri hilir Indonesia, kata Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, dalam surat elektronik, Minggu.

Dia juga menilai kebijakan BK dinilai cukup berhasil karena terbukti telah mengembangkan industri hilir. Salah satu contohnya dapat dilihat dengan berdirinya 6 pabrik pengolahan kakao yang baru dengan kapasitas total 430.000 ton per tahun.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, telah terjadi peningkatan kapasitas industri sekitar 87 persen.

Dia juga mengatakan, masuk kembali investor asing tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini tidak akan mempengaruhi industri kakao yang sudah ada karena pangsa pasar yang berbeda.

"Beberapa investor asing seperti Cargill, ADM dan JB Cocoa memproduksi kakao olahan kelas premium untuk pasar di Eropa. Sedangkan industri yang sudah ada di Indonesia umumnya memproduksi kakao olahan kelas menengah untuk pasar di negara-negara berkembang," kata Wirjawan.

Perkembangan industri hilir ini juga ditandai dengan rencana ekspansi PT Nestle Indonesia atas pabrik susu Milo dan Dancow di Pasuruan dan Karawang.

PT Asia Cocoa Indonesia merupakan investor dari Malaysia yang sudah mengoperasikan pabriknya di Batam yang mengolah biji kakao menjadi cocoa butter dengan kapasitas terpasang 65.000 ton.

Hasil produksi biji kakao 2010 meningkat sebanyak 29.335 ton dibanding 2009. Sementara pada 2011 terjadi penurunan sebesar 125.687 ton dibanding 2010 yang mencapai 837.918 ton.

Pada 2012, angka sementara produksi mencapai 936.266 ton atau bertambah sebesar 224.035 ton.

Pewarta: Larno
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2013