Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Boediono menyatakan tidak perlu membayangkan hal yang terlalu buruk berkaitan dengan harga minyak dunia yang menunjukkan kecenderungan meningkat, karena kondisi ekonomi Indonesia cukup kuat. "Kita siaga saja. Tidak perlu membayangkan yang terlalu jelek. Ekonomi kita kuat," kata Boediono, seusai pembukaan masa penawaran obligasi ritel SR001 di Jakarta, Senin. Menko Perekonomian mengemukakan hal itu menanggapi pertanyaan apakah harga minyak dunia yang telah mencapai di atas 75 dolar AS per barel tidak mengkhawatirkan bagi perekonomian nasional. "Kita lihat dulu deh perkembangannya bagaimana," kata Boediono. Harga minyak naik di perdagangan Asia, Senin, menyusul kian menghebatnya kekerasan di Timur Tengah, di tengah keperihatinan meluasnya konflik di kawasan itu, kata pedagang. Pada pukul 12:06 waktu setempat, kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk penyerahan Agustus sebesar 77,35 dolar per barel, dibandingkan dengan 77,03 dolar per barel pada perdagangan terakhir di Amerika Serikat (AS) Jumat. Kontrak itu sempat menembus rekor tertinggi 78,40 dolar pada Jumat. Minyak mentah "Brent North Sea" untuk Agustus pada 77,27 dolar. "Brent" telah mencapai rekor 78,03 dolar pada Jumat. BBG Sementara itu, mengenai perkembangan rencana pengalihan penggunaan BBM menjadi BBG yang dimulai dari Jakarta, Boediono menjelaskan pemerintah sedang menyiapkan beberapa stasiun pengisian tambahan untuk mengatasi kekurangan volume gas. "Sekarang sedang disiapkan beberapa stasiun tambahan, kemudian supplainya juga kita coba untuk lebih ditingkatkan," jelasnya. Dari sisi harga, lanjutnya, juga sudah disepakati harga yang ekonomis dan kompetitif dibanding dengan harga solar, namun Menko belum bersedia menyebutkan berapa harganya. Ditanya kapan tambahan pasokan BBG dapat ditamabah sehingga memenuhi kebutuhan, Boediono mengatakan dirinya belum mengecek lagi masalah itu. "Saya belum cek lagi, tapi dalam waktu dekat akan ditambah," kata Boediono. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006