Pangandaran (ANTARA News) - Jumlah korban tewas akibat gelombang tsunami, khusus di kawasan pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, hingga Selasa pagi pukul 08.30 tercatat berjumlah 68 orang, dan dua korban terakhir ditemukan di Jalan Bulak Laut Pangandaran, sementara 72 orang luka-luka dan lebih dari seratus orang lainnya masih belum ditemukan. Informasi dari Posko Aju Penanggulangan Bencana Alam di pantai Pangandaran yang diperoleh ANTARA News, Selasa pagi, menyebutkan sebagian besar korban masih berada di Puskesmas Pangandaran, sementara pencarian korban kembali dilakukan sejak sekitar pukul 06.00 WIB. Jumlah korban sebanyak itu ditemukan dari 10 daerah bencana, yakni Pantai Krapyak, Pantai Barat, Pantai Timur, Batu Hiu, Karang Tirta, Bojong Salawe, Batu Karas, Bulak Banda, Legok, dan Bulak Laut Pangandaran. Sementara itu, pencarian sejak Selasa pagi dilakukan secara intensif oleh sedikitnya 450 personel TNI dari Kodim 0613 Ciamis dan 111 relawan serta ratusan warga setempat, terutama yang anggota keluarganya belum ditemukan akibat diterjang tsunami pada Senin (17/6) sore. Personel TNI dan para sukarelawan juga sejak Senin sore telah mendirikan Posko Pengungsian di berbagai tempat yang relatif aman, seperti di daerah Cijulang, Kali Pucung, Parigi, dan Cidamulih serta memfasilitasi pengungsian ke Masjid Agung Pangandaran. Mengenai gelombang tsunami itu sendiri, seorang saksi mata, Min Laeni (36) yang saat ini tengah dirawat di RS Daerah Banjaran mengatakan, saat tsunami terjadi, ia bersama dua rekannya sedang berjalan-jalan di kawasan Pantai Barat Pangandaran sambil minum es kelapa muda di sela-sela waktu luangnya pada pelatihan pemberdayaan masyarakat di Hotel Bumi Nusantara Pangandaran. Min Laeni adalah salah seorang karyawan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) Pemprov Jabar yang saat itu sedang menjadi instruktur pada pelatihan mengenai pemberdayaan masyarakat. "Senin sore itu, sekitar pukul setengah empat, kami melihat ombak di pantai, kira-kira setinggi pohon kelapa, dan kami segera berlari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri. Dua rekan saya selamat, tapi saya diterjang ombak, dan ketika sadar telah tersangkut di mobil yang terbalik. Lalu saya dibawa warga ke RS Daerah Banjaran karena hampir sekujur tubuh saya terluka, terutama di bagian tangan," tuturnya. Ia mengaku belum mengetahui bagaimana keadaan dan nasib rekan-rekannya sesama instruktur serta para peserta pelatihan yang berjumlah 92 orang. Saat tsunami terjadi, dan air bah menerjang Hotel Bumi Nusantara, tempat pelatihan masih berlangsung. "Bencana tsunami benar-benar menakutkan. Tapi saya bersyukur masih diselamatkan Tuhan," kata warga Perumahan Cincin Permata Indah, Soreang, Kabupaten Bandung itu. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006