Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 40 persen bangunan permanen di daerah wisata pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang diguncang gempa dan tsunami pada Senin petang (17/7) mengalami rusak sedang hingga berat sehingga banyak pengungsi yang mulai mengantri air bersih atau makanan. Tinjauan udara dengan menggunakan pesawat Fokker F-27 Skuadron Udara 2 TNI-AU bernomor registrasi A-2704 dari ketinggian 300 hingga 200 kaki pada Selasa pagi, memperlihatkan kebanyakan bangunan yang rusak itu terletak di sepanjang garis pantai di Pangandaran. Pengamatan udara dilakukan di atas area Cijulang, Pulau Nusa Kambangan, Kampung Parigi, Cibenda, Trikolot, hingga Rejamulya. Di lokasi terakhir ini, terdapat satu delta yang di dataran sempitnya banyak terdapat bangunan hotel, restoran, dan bangunan permanen lain. Pemantauan hingga jarak sangat dekat, landasan pesawat terbang Nusa Wiru di Ciamis, tidak mengalami kerusakan apapun kendati aliran sungai di dekat ujung landasannya menggerus hingga sejarak sekitar lima puluh meter dari bibir landasan. Perahu-perahu kayu nelayan dan pariwisata, dilihat dari udara, banyak yang "terlempar" hingga sekitar 200 meter dari bibir pantai, tidak sedikit di antara kapal itu yang bertengger di atas atap rumah. Di beberapa rumah yang ditenggeri perahu kayu itu, atap-atapnya banyak yang hancur. Jika dibandingkan dengan gelombang tsunami di Aceh pada akhir 2004 lalu, kerusakan yang terjadi di Pangandaran ini tidak sampai meluluh lantakan bangunan-bangunan yang berdiri di atas tanah. Masih banyak bangunan yang berdiri tegak dan hanya sebagian yang dindingnya jebol, gugur, atau retak, yang semuanya jelas terlihat dari udara. Berdasarkan pengamatan udara atas garis pantai sejarak sekitar 25 kilometer, sebagian besar pantai terabrasi cukup berat sehingga warna gelombang pantainya yang semula jernih kini menjadi lebih suram dan kelam. Berbeda yang terjadi di Pulau Nias, garis pantai Pangandaran masih berada di lokasi semula hanya tergerus sedikit. Sementara di Nias, sisi barat pulau itu terangkat hingga sekitar tiga meter dan terumbu karangnya mati sehingga timbul "daratan terumbu karang" baru. Panatuan udara kondisi Pantai Pangandaran pasca musibah gempa berkekuatan 6,8 skala Richter itu terlihat gelombang Samudera Hindia masih terus-menerus menggempur sebagian pantainya, malahan ada yang menggerus bibir pantai. Beberapa rumah, yang berdasarkan garis bekas pagarnya, semula berada sekitar 50 meter dari garis pantai, kini hanya separuhnya. Vegetasi khas pantai, yaitu pohon kelapa dan sedikit bakau, juga hanya sedikit yang mengalami kerusakan habitat akibat tersapu air tsunami. Sebaliknya kerusakan terjadi pada bangunan permanen yang berdiri di belakangnya, terutama pada bangunan dengan dinding masif. Penduduk setempat juga mulai mencari-cari sisa barang berharga dan anggota keluarganya yang mungkin masih tertimpa reruntuhan bangunan. Bahkan, di beberapa titik, mulai dibangun pos-pos komunikasi warga dan sedikit bantuan kemanusiaan.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006