Recife (ANTARA News) - Tuan rumah Brazil akan ditantang Uruguay di semifinal pertama Piala Konfederasi 2013. Duel antara "Selecao" dan "La Celeste" mewakili tarung klasik Amerika Latin bermerk "Super Clasico".

Brazil dengan diperkuat sejumlah pemain muda bertalenta mampu melibas setiap lawannya dengan mudah di Grup A. Tim asuhan pelatih Luiz Felipe Scolari itu menaklukkan "runner-up" Piala Eropa Eropa 2012, Italia dengan skor meyakinkan 4-2.

Mengapa Selecao dengan mudah melaju ke semifinal Piala Konfederasi 2013? Salah satu jawabannya: sihir dari "jogo bonito" (permainan indah).

Brazil demikian perkasa di antara tim-tim lainnya di turnamen ini, dengan memasukkan sembilan gol dan kemasukan dua gol. Persaingan di Grup A  demikian sengit. Dan Selecao melesat sebagai skuad yang mengemas sejumlah hasil positif dalam produktivitas gol.

Capaian Brazil demikian mentereng, dengan mengalahkan Meksiko, Italia dan Jepang. Ini yang bakal dipertimbangkan baik-baik oleh Uruguay.

Capaian Brazil sedikit di luar dugaan. Memasuki Piala Konfederasi, banyak pihak melontarkan berbagi cemooh kepada Brazil. Tim asuhan "Bih Phil" disebut-sebut sebagai tim semenjana saja.

Brazil memang tidak perlu mengikuti babak kualifikasi. Scolari menyusun timnya dengan sejumlah pemain muda. Ia bahkan menyebut skuad pilihannya itu sebagai "yang terbaik".

Piala Konfederasi bagi Brazil merupakan persiapan menuju Piala Dunia 2014. Selecao bertabur bintang-bintang muda, sebut saja  Neymar dan Hulk.

Penampilan Neymar sontak mengundang decak kagum pecinta jagat bola. Ia mencetak gol dalam tiga laga yang dilakoni Brazil. Torehan prestasi Neymar ini merupakan setoran awal sebelum ia unjuk gigi di Barcelona.

Meskipun David mengalami cedera, lini belakang Brazil tetap solid. Scolari mengantongi Dante, yang menjadi salah satu bek terbaik di Bundesliga. Dani Alves juga dapat menjadi opsi menarik.

Banyak pihak menyebut bahwa penamplan ciamik Brazil di Piala Konfederasi tidak lepas dari sihir "Jogo Bonito".

Ketika legenda sepak bola Brazil, Pele menyebut bahwa jogo bonito sebaga permainan indah dalam sebuah pertandingan, banyak orang di seluruh dunia mengamini pernyataan itu. Istilah itu serta merta mendunia.

Pele mempersonifikasikan jogo bonito sebagai dirinya. Semasa masih aktif bermain, Pele tampil dengan sepenuh hati, sukacita dan kegembiraan. Ia merasa bahwa setiap laga adalah miliknya, bukan laga yang menguasai dirinya. Serta merta, ia melesat sebagai sosok fenomenal.

Apa yang membuat sepak bola demikian menggairahkan sebagai sebuah kompetisi di dunia? Banyak hal yang sama sekali tidak diduga. Dunia tidak pernah tahu apa yang bakal terjadi dalam sepak bola. Kartu merah, gol bunuh diri, atau gol yang tercipta dari tendangan jarak jauh. Semuanya itu ada dalam sepak bola.

Berbagai kejutan dapat terjadi dalam sepak bola. Penonton sejagat dapat menyaksikan dan menjadi saksi sejarah dari laga sepak bola. Para pemain dapat berkreasi.

Setiap generasi melahirkan pemain-pemain nomor wahid. Dari Dixie Dean sampai Stanley Matthews, dari Alfredo Di Stefano dan Ferenc Puskas, dari Pele sampai George Best. Dari Franz Beckenbauer, Diego Maradona dan Michel Platini sampai Ronaldo, Zinedine Zidane dan Paolo Maldini.

Ada ratusan pemain besar lainnya. Mereka menampilkan juga "Jogo Bonito", karena mereka memberi kontribusi bermakna dalam sejarah sepak bola. Dengan begitu, jogo bonito semata-mata bukan monopoli Brazil. Jogo Bonito milik dunia sepak bola. Jogo Bonito telah mendunia, bahkan mengglobal. Dari Brazil menuju dunia.

Sehebat apapun pemain pasti memerlukan dukungan pelatih. Untuk melahirkan pemain hebat, perlu pelatih hebat pula. Sepak bola telah mengajarkan fatsun seperti ini.

Di Inggris, pelatih-pelatih seperti  Herbert Chapman, Matt Busby, Bill Nicholson, Jock Stein, Brian Clough, Bill Shankly, Bob Paisley, Alex Ferguson dan Arsene Wenger mampu menorehkan tinta emas di monumen sepak bola dunia.

Para manajer itu membawahi klub-klub dengan dukungan fanatik dari fans. Sejarah sepak bola tidak bisa lepas dari ziarah sejarah tim-tim tersohor.

Arsenal berjaya di tahun 1930-an, Italia memenangi dua kali Piala Dunia, tahun 1934 dan 1938. Hungaria dengan sihir Magyar, Real Madrid dengan Di Stefano, Brazil menjadi juara dunia 1958, The Busby Babes, kejayaan Benfica kurun 1960an, peran gemilang Shankly di Liverpool, kebangkitan Manchester United pasca musibah Muenchen, Brazil juara dunia tahun 1970, era Ajax bersama Johan Cruyff, Bayern Muenchen dengan Beckenbauer, Liverpool dengan Paisley, dan sukses United bersama Ferguson.

Apa yang membuat sepak bola demikian indah di catatan buku sejarah yang berisi nama-nama hebat baik dari kalangan manajer maupun pemain? Sepak bola indah atau jogo bonito!. Mereka indah pada waktunya.

Apa yang membuat sepak bola dapat disebut sebagai jogo bonito? Dinamika dari fans baik di dalam maupun di luar lapangan.

Mereka bersorak dan bernyanyi sebelum, selama dan sesudah pertandingan. Mereka bergelora membawa warta bahwa sepak bola selamanya adalah permainan indah, jogo bonito.   

Pewarta: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2013