Berlin (ANTARA) - Peretail di seluruh Jerman mengantisipasi penjualan yang moderat pada periode perayaan Natal tahun ini, kata Federasi Retail Jerman (HDE) pada Senin (13/11).

Jika disesuaikan dengan inflasi, penjualan pada November dan Desember diperkirakan akan turun 5,5 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Dengan penurunan penjualan riil sebesar 4 persen, retail daring "juga tidak mampu memberikan dorongan besar" terhadap bisnis musim Natal, yang merupakan periode penjualan terkuat dalam setahun bagi banyak perusahaan retail, kata HDE.

Secara umum, masyarakat Jerman berencana menghabiskan 250 euro (sekitar Rp4,2 juta) per kapita untuk hadiah Natal, 2 euro (sekitar Rp33.600) lebih sedikit dibandingkan tahun lalu, menurut sebuah survei representatif yang diterbitkan oleh perusahaan konsultan Ernst and Young (EY) pada Senin.

Angka itu merupakan angka terendah sejak 2014.

"Kenaikan harga yang cepat membuat biaya hidup menjadi lebih mahal dan membatasi kelonggaran finansial, yang akhirnya menekan anggaran untuk hadiah," kata pakar barang konsumen EY Michael Renz.

"Situasi menjadi semakin sulit bagi peretail," ujarnya.
 
   Orang-orang mengunjungi pasar Natal di samping Balai Kota Merah di Berlin, Jerman, 22 November 2022. (Xinhua/Ren Pengfei)


Meskipun inflasi di Jerman turun secara signifikan selama dua bulan berturut-turut pada Oktober menjadi 3,8 persen, dan angka tersebut tetap tinggi jika dibandingkan dalam jangka menengah dan panjang, menurut Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis).

"Semakin banyak konsumen harus menggunakan setiap euro dua kali lebih banyak," kata Renz.

"Peretail cenderung mencoba mengatasi hal ini dengan pemangkasan harga dan kampanye diskon. Namun, hal ini menggerus margin dan pada akhirnya bukan model yang berkelanjutan untuk mencapai kesuksesan," lanjutnya.

Menurut Nuremberg Institute for Market Decisions (NIM), pemulihan sentimen konsumen masih "sangat jauh untuk diraih." Akibat lemahnya daya beli, "konsumsi swasta tidak akan mampu mendukung perekonomian tahun ini," kata pakar NIM Rolf Buerkl pada akhir Oktober lalu.

Negara dengan perekonomian terbesar di Eropa itu berada di ambang resesi. Setelah mengalami stagnasi sebelumnya tahun ini, produk domestik bruto (PDB) Jerman pada kuartal ketiga tahun 2023 turun 0,1 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, menurut Destatis.

Sejalan dengan sejumlah lembaga ekonomi terkemuka, pemerintah Jerman menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahunannya pada pertengahan Oktober dan kini memperkirakan resesi sebesar 0,4 persen pada 2023.

Tahun depan, perekonomian Jerman diperkirakan akan pulih dengan pertumbuhan sebesar 1,3 persen.

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
COPYRIGHT © ANTARA 2023