"Kemungkinan BI Rate masih bisa naik," ujar Mirza saat ditemui usai seminar bertajuk "Program Penjaminan LPS dan Prospek Pertumbuhan Perbankan Syariah" di Jakarta, Kamis.
BI Rate, menurut Mirsa, diperkirakan akan naik menjadi 6,25 persen dengan asumsi inflasi sebesar 8,1 persen yang terjadi akibat kebijakan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
"Dalam jangka pendek inflasi memang akan cukup tinggi sampai Lebaran namun kemudian mulai turun lagi terus naik lagi pada akhir tahun, kan begitu siklusnya," tuturnya.
Namun, lanjut Mirza, BI Rate juga kemungkinan akan tetap jika pasar bisa menerima suku bunga acuran 6 persen.
"Jika tidak ada gejolak atau pasar stabil maka BI Rate belum tentu harus naik," kata Mirza.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13 Juni 2013 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen, dengan suku bunga Deposit Facility dan suku bunga Lending Facility masing-masing tetap sebesar 4,25 persen dan 6,75 persen.
BI menyatakan kebijakan tersebut merupakan bagian dari bauran kebijakan Bank Indonesia untuk secara pre-emptive merespons meningkatnya ekspektasi inflasi serta memelihara kestabilan makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013