Jakarta (ANTARA) - Analis pasar mata uang Lukman Leong menyatakan penguatan rupiah disebabkan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan.

“Rupiah menguat terhadap dolar AS yang melemah tajam setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Inflasi AS month to month (MoM) 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen, dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen,” kata Lukman dihubungi di Jakarta, Rabu.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menguat sebesar 1,24 persen atau 195 poin menjadi Rp15.500 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.695 per dolar AS.

Melihat sentimen dari dalam negeri, investor menantikan data perdagangan Indonesia yang akan rilis pada Rabu ini.

Baca juga: Rupiah pada Rabu pagi menguat 195 poin jadi Rp15.500 per dolar AS

Baca juga: Rupiah ditutup menguat jadi Rp15.695 per dolar AS


Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan surplus sekitar 3 miliar dolar AS, tetapi ekspor dan impor diprediksi menurun masing-masing -15,35 persen dan -7,4 persen.

Selain itu, pelaku pasar juga menunggu sejumlah data ekonomi dari China seperti penjualan ritel dan produksi industri. Produksi industri China diperkirakan meningkat 4,4 persen sedangkan penjualan ritel naik 7 persen.

Sebelumnya, pada pekan lalu, aktivitas ekspor China pada Oktober 2023 menunjukkan penurunan melebihi konsensus pasar, yakni -6,4 persen dengan konsensus -3,3 persen.

China juga melaporkan terjadi deflasi yang bisa diartikan penurunan permintaan dan pelambatan ekonomi di negara tersebut.

“Nilai tukar rupiah hari ini berkisar Rp15.500-Rp15.600 per dolar AS,” ujarnya.

Baca juga: Analis prediksi rupiah melemah ke arah Rp15.750 per dolar AS

Baca juga: Rupiah pada Selasa pagi menguat jadi Rp15.695 per dolar AS


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2023