Jenewa (ANTARA) - Israel harus berhenti menggunakan air sebagai senjata perang dan untuk itu harus membolehkan air bersih serta bahan bakar masuk Gaza untuk mengaktifkan jejaring pasokan air sebelum terlambat, kata seorang pakar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Jumat.

“Setiap jam Israel menghalangi pasokan air minum yang aman di Jalur Gaza, adalah nyata-nyata melanggar hukum internasional, dan membuat warga Gaza terancam mati kehausan dan menderita penyakit akibat tiadanya air minum yang aman," kata rapporteur khusus PBB Pedro Arrojo-Agudo.

"Saya mengingatkan Israel bahwa sengaja menghalangi masuknya air bersih yang dibutuhkan Gaza adalah pelanggaran atas hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional," kata Arrojo-Agudo, seraya mengungkapkan dampaknya terhadap kesehatan dan kesehatan masyarakat sebagai luar biasa besar.

Keadaan itu bisa merenggut nyawa warga sipil lebih banyak lagi ketimbang jumlah korban tewas yang sudah tinggi akibat bombardemen Gaza, kata dia.

Baca juga: Solidaritas untuk Palestina, massa protes duduk di kota-kota Belanda

Dia menegaskan bahwa anak-anak bakal menjadi pihak pertama yang merasakan dampak krisis air dan sanitasi, terutama balita, setelah itu wanita.

"Korban perang yang sering kali tidak terlihat ini sebenarnya dapat dicegah, dan Israel harus mencegahnya,” kata dia.

Sejak Israel mulai membombardir Gaza pada 7 Oktober, setidaknya 11.500 warga Palestina terbunuh, termasuk lebih dari 7.800 wanita dan anak-anak, dan lebih dari 29.200 lainnya terluka.

Ribuan bangunan, meliputi rumah sakit, masjid dan gereja, juga telah rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat yang tiada henti dari Israel di wilayah kantong Palestina yang terkepung tersebut.

Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi pasokan bantuan hingga hanya sedikit, sedangkan jumlah korban tewas di pihak Israel mencapai 1.200 orang.

Baca juga: Duta Besar: Terima kasih Indonesia sudah mendukung rakyat Palestina

Sumber: Anadolu
 

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2023