Baghdad (ANTARA News) - Serangkaian serangan di Irak menewaskan 15 orang, Minggu, termasuk pemboman di sebuah lapangan sepak bola, kata sejumlah pejabat.

Serangan-serangan itu terjadi di Mosul, Dawr, Sharqat dan Hilla, namun yang paling mematikan berlangsung di Baghdad, ibu kota Irak, lapor AFP.

Pada pukul 19.00 waktu setempat (pukul 23.00 WIB) di daerah Nahrawan, Baghdad tenggara, sebuah ledakan bom menghantam sekelompok pemuda yang sedang bermain sepak bola di sebuah lapangan yang biasa digunakan warga.

Ledakan itu menewaskan sembilan orang dan mencederai 25 lain, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri dan satu sumber medis.

Sebagian besar korban adalah remaja di bawah usia 16 tahun, kata sumber-sumber itu.

Pemboman itu merupakan yang terakhir dari serangkaian serangan yang ditujukan pada lapangan sepak bola dan kafe yang menyiarkan pertandingan di negara itu, dimana rakyat Irak yang maniak sepak-bola menyaksikan tidak saja tim nasional mereka namun juga pertandingan internasioal dan antar-klab.

Termasuk serangan Minggu, lebih dari 50 orang tewas dalam sedikitnya 10 pemboman semacam itu di daerah-daerah di dan sekitar Baghdad dan di Irak utara, menurut hitungan AFP.

Di tempat lain, serangan-serangan di luar Baghdad menewaskan empat orang, sementara aparat menemukan mayat dua orang yang ditembak mati.

Termasuk diantara korban adalah seorang perempuan berusia 17 tahun yang tewas dalam ledakan bom pinggir jalan di dekat Dawr, sebelah utara Baghdad.

Dengan serangan-serangan terakhir itu, jumlah korban tewas dalam kekerasan sepanjang Juni menjadi 448, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas sumber-sumber medis dan keamanan.

Serangan-serangan di Baghdad dan penjuru lain Irak meningkat tajam dan Mei merupakan bulan paling mematikan sejak 2008, dimana lebih dari 1.000 orang tewas, menurut PBB.

Seorang utusan PBB untuk Irak memperingatkan bahwa kekerasan sudah "siap meledak".

Kekerasan Minggu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 450 orang tewas dalam kekerasan pada April, sementara jumlah kematian pada Maret mencapai 271.

Sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2013