Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS jelang pengumuman inflasi periode Juni 2013 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), bergerak melemah tipis sebesar 11 poin pada Senin pagi.

Mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank melemah menjadi Rp9.955 dibanding posisi sebelumnya yang berada Rp9.944 per dolar AS, di Jakarta, Senin pagi.

"Meski melemah namun mata uang rupiah masih dalam penjagaan Bank Indonesia (BI)," kata ekonom, Lana Soelistianingsih, di Jakarta, Senin.

Soelistianingsih menambahkan inflasi Juni diperkirakan dapat melebihi satu persen dibandingkan periode bulan Mei lalu yang mencatatkan deflasi 0,03 persen.

"Tekanan inflasi bisa cukup tinggi karena sudah mendekati bulan puasa, ditambah ekspektasi inflasi sejak awal Juni mengantisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dan karena pelemahan rupiah yang menuju level Rp9.000 per dolar AS sepanjang bulan Juni lalu," kata dia.

Ia memperkirakan tekanan inflasi bulan Juni 2013 juga dapat lebih besar dibandingkan tekanan inflasi pada pengalaman kenaikan harga BBM di 23 Maret 2005 lalu yang sebesar 1,91 persen.

Sementara itu, pengamat pasar uang, Ruly Nova mengatakan, sentimen dari eksternal, belum adanya kepastian bank sentral AS (The Fed) untuk melanjutkan program stimulus keuangannya masih menjadi salah satu faktor pendorong nilai tukar domestik berada dalam area negatif.

Ia menilai jika The Fed akan melanjutkan stimulus keuangannya maka diperkirakan rupiah dapat kembali menguat terhadap dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2013