Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk mantan Menteri Luar Negeri, Ali Alatas, sebagai utusan khusus Indonesia bagi upaya perdamaian di Timur Tengah, dan menugasi Menlu Hassan Wirajuda menggencarkan lobi ke berbagai pihak guna mendorong terciptanya perdamaian di wilayah bergolak tersebut. "Presiden telah menunjuk Bapak Ali Alatas sebagai special envoy untuk proses perdamaian Timur Tengah. Keputusan Presiden tentang pengangkatan beliau akan segera dituntaskan oleh Sekretaris Kabinet," kata Juru Bicara Kepresidenan, Dino Patti Djalal, di Jakarta, Rabu sore. Prioritas Ali Alatas sebagai utusan khusus saat ini adalah mengupayakan terjadinya gencatan senjata antara Israel dengan Libanon serta Palestina dan untuk itu akan ia segera menemui Sekjen PBB, Kofi Annan. Pernyataan itu dikeluarkan usai Presiden Yudhoyono menerima Menlu Hassan Wirajuda dan Ali Alatas di Kantor Kepresidenan dengan agenda membahas masalah Timur Tengah. Dino juga mengungkapkan bahwa pada Rabu Presiden akan mengirim surat kepada Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan. "Surat tersebut pada intinya menyampaikan posisi dan pandangan-pandangan Indonesia mengenai konflik yang sekarang sedang berkecamuk di Timur Tengah," ujar Dino. Dalam keterangannya, Ali Alatas mengatakan, untuk tahap pertama pelaksanaan tugasnya akan segera menemui Kofi Annan, mengingat prioritas pertama yang diharapkan Indonesia adalah terjadinya gencatan senjata di Timteng, terutama di Libanon dan Palestina. "Mengingat prioritas pertama itu, tujuan pertama saya akan tertuju kepada Sekjen PBB, yang dalam hal ini bukan saja telah mengambil peranan khusus, tapi juga kita harapkan bahwa peran Sekjen PBB itu sangat vital bagi keseluruhan upaya," katanya. Ketika ditanya apakah dirinya akan menemui pihak Amerika Serikat (AS), seperti yang diharapkan oleh berbagai pihak di Indonesia, Alatas mengatakan bahwa dirinya juga akan mendekati pihak AS. "Itu tentunya termasuk. Nanti. Tetapi, yang pertama akan dituju adalah PBB," katanya. (*) (Foto: Ali Alatas)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006