Jakarta (ANTARA News) - Buku "Dinasti Bush, Dinasti Saud - Hubungan Rahasia Antara Dua Dinasti Terkuat Dunia", yang termasuk kategori terlaris di Amerika Serikat (AS), kini terbit dalam versi Bahasa Indonesia. Buku karangan jurnalis New York Times, Craig Unger, tersebut diluncurkan oleh Penerbit Diwan di Toko Buku MP Book Point, Cipete, Jakarta Selatan, Rabu. Menurut Manajer Diwan Publishing, Wendra Tiarno, terbitnya buku itu diharapkan dapat membuka mata rakyat Indonesia, terutama mengenai latar belakang hubungan Pemerintahan Bush di AS dengan Dinasti Saud yang berkuasa di Arab Saudi. Ia mengatakan, dengan membaca buku ini, maka diharapkan pembaca dapat mengetahui motif politik maupun ekonomi yang dijalankan oleh kerjasama AS-Arab. Dengan hal tersebut diharapkan pula, pembaca dapat memisahkan antara konsep agama (Islam) dengan konsep kewarganegaraan (Arab), katanya. Sementara itu, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang ahli mengenai masalah Timur Tengah, Riza Sihbudi, mengatakan bahwa apabila setidak-tidaknya 60 persen dari isi buku tersebut benar adanya, maka akan terjadi kekalutan yang sangat besar di Timur Tengah akibat konspirasi AS-Arab tersebut. Dalam buku tersebut, Craig Unger menjelaskan, secara terinci mengenai konspirasi dinasti Bush --mulai Presiden George Bush Senior (Sr), ayah Presiden George Walter Bush-- dengan dinasti Saud, serta dampak luas yang diakibatkannya. Keluarga Bush, yang sebagian besar memegang peranan penting dalam Pemerintahan AS, ternyata menjalin hubungan kerjasama yang sangat erat dengan kerajaan Saud selama puluhan tahun. Apalagi, George Bush Sr. adalah mantan Kepala Pusat Intelijen AS (CIA). Dengan adanya kerjasama tersebut, AS dengan mudah mengamankan persediaan minyaknya di Arab Saudi, dan Arab Saudi --terutama keluarga kerajaan dan kerabatnya-- secara leluasa dapat menanam modal di negara Paman Sam tersebut. Kondisi itulah yang menyebabkan AS tidak pernah "menyentuh" Arab Saudi. Sementara itu, negara-negara penghasil minyak Timur Tengah lainnya, seperti Kuwait, Irak, dan Iran didesak supaya minyak mereka dapat dikuasai AS secara langsung maupun di bawah pengaruh Arab Saudi. Adanya persengkongkolan tersebut juga menjelaskan alasan AS setelah kejadian 11 September 2001 justru menyerang Afghanistan, dan bukan Arab Saudi. Padahal, 14 dari 19 teroris yang menyerang World Trade Centre (WTC) dan Pentagon (markas besar Departemen Pertahanan AS) pada saat itu berkewarganegaraan Arab Saudi. Apalagi, Usamah bin Ladin (Osama bin Laden) yang menglaim sebagai dalam serangan ke AS itu termasuk keluarga kaya dari Arab Saudi, dan pernag "dididik" oleh CIA. Sejumlah hal itulah yang mendorong Diwan Publishing menerbitkan buku tersebut dengan segmentasi pembaca yang cukup terbatas, yaitu anak muda. Penerbit tersebut juga menargetkan pembacanya memiliki pikiran yang terbuka dan sudut pandang baru mengenai isu-isu menarik di sekitar mereka. "Kami ingin fokus untuk mengangkat karya-karya pemikiran," kata Wendra Tiarno. Sebelumnya, Diwan telah menerbitkan buku karya Ziauddin Sardar yang berjudul "Desperately Seeking Paradise" Februari 2006, dan kini menyiapkan penerbitan tiga buku alih bahasa lainnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006