Yakatabune Dinner Cruise di Tokyo, Jepang, memberikan pengalaman menarik yang dapat mengabulkan kedua keinginan tersebut dalam satu waktu sekaligus. Wisata makan malam menggunakan kapal tradisional itu menawarkan kuliner Jepang yang amat lezat, dibalut pemandangan sepanjang teluk kota Tokyo yang indah, dan ditemani penampilan seorang Geisha profesional.
ANTARA berkesempatan untuk mencicipi pengalaman mengarungi Sungai Sumida dengan kapal Yakatabune pada akhir Oktober lalu, dengan udara malam hari yang sejuk, berkisar antara 18 hingga 21 derajat Celsius.
Malam itu, suara-suara gemuruh perut telah mulai terdengar, mencari perhatian setelah seharian menempuh perjalanan dari Jakarta ke Tokyo.
Dari luar, terlihat kapal yang dihiasi lampion merah khas Jepang terparkir. Dari jendela yang transparan terekspos pula interior beralaskan tikar tradisional Jepang Tatami, menambah suasana hangat dari kapal.
Rombongan jurnalis dari Indonesia akhirnya masuk ke Yakatabune Cruise setelah melepas alas kaki, tak lama setelahnya, kapal pun mulai berlayar. Hidangan khas Jepang seperti sashimi dan berbagai macam jenis tempura hangat yang renyah satu per satu mulai disajikan di meja.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2023/11/22/DA5CC878-F6C6-4533-847B-D9991F50AAB2.jpeg)
Kapal pesiar tamasya yang memiliki sejarah panjang di Jepang itu juga menyajikan berbagai minuman, mulai dari alkohol seperti sake hangat, hingga non-alkohol seperti soda dan ocha.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2023/11/22/7826AF11-19A6-4ADB-A71A-A19B5C12AAF0.jpeg)
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2023/11/22/74B8DC6B-CFD2-461B-909F-AEA16505BB08.jpeg)
Tak sekadar penghibur biasa, seorang pemandu wisata kami saat itu mengatakan bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang Geisha, diperlukan proses pelatihan dan seleksi ketat yang memakan waktu bertahun-tahun untuk menjadi seorang Geisha profesional. Geisha pun merupakan profesi yang menjanjikan dan memiliki sekolah khusus untuk mendapatkan posisi tersebut.
Usai menari, Geisha pun membawa gelak tawa saat dia mengajak dua tiga orang tamu untuk bermain permainan anak tradisional, seperti lomba tepuk meja sembari bernyanyi.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2023/11/22/ABA875C8-3B37-431E-9D49-B4263E12D566.jpeg)
Tak hanya itu, tamu juga melewati beberapa ikon Tokyo seperti Tokyo Skytree, gedung stasiun televisi Fuji TV, dan Robot Gundam raksasa. Sebagai penutup perjalanan malam itu, kapal berhenti sejenak tepat di bawah Rainbow Bridge, jembatan ikonik yang menghubungkan pusat kota Tokyo dengan Odaiba.
Para tamu juga dapat naik ke bagian atap kapal untuk berfoto luar ruangan dengan latar Rainbow Bridge bersama Geisha.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2023/11/22/898C2B38-4373-41B8-99CB-63320E8458B3.jpeg)
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2023/11/22/F2CB4446-6FFF-48C5-9E83-3BB7AAC963B3.jpeg)
Cara yang berbeda untuk menikmati makan malam sembari bertamasya itu berlangsung selama 90 menit, dengan harga yang berkisar 12 ribu yen atau sekitar Rp1,25 juta per orang. Bukan harga yang murah, namun, sebanding dengan pengalaman yang tak terlupakan untuk dilakukan sendiri maupun dengan orang tercinta.
Baca juga: Festival kembang api kembali warnai langit Hiratsuka
Baca juga: Karuizawa, pesona musim gugur di Prefektur Nagano
Baca juga: Tips travelling di Jepang tanpa menguras kantong
Baca juga: Kemenparekraf genjot wisata kapal pesiar di Bali
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA 2023