Jakarta (ANTARA News) - Ketua Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) Don Utoyo menganggap normal kenaikan harga telur dan daging ayam ras sekitar 10 hingga 15 persen akhir-akhir ini.

"Untuk daging ayam (ras) sekarang harganya sekitar Rp35 ribu dan telur ayam Rp20 ribu (per kg). Itu harga normal yang sebenarnya karena pada beberapa bulan sebelumnya harga telur ayam per kilogram bahkan hanya Rp10 ribu," kata Don saat dihubungi ANTARA melalui telepon di Jakarta, Jumat.

Menurut Don, peternak selalu mengalami kerugian selama kurun waktu delapan bulan sebelum ada peningkatan harga, karena mereka menjual ayam di bawah biaya modal usaha.

Dia mengatakan biaya modal ternak untuk satu ekor ayam ras rata-rata sekitar Rp16 ribu, namun pada kurun waktu delapan bulan tersebut pedagang mendapatkan ayam dari peternak hanya seharga Rp10 ribu per ekor.

"Kami tidak bisa memainkan harga yang tinggi karena semua yang mengatur pasar," kata ketua FMPI.

Don berharap kepada pemerintah untuk tidak hanya menyalahkan peternak jika ada kenaikan harga ayam dan telur.

"Peternak pun butuh dana untuk membayar kredit usaha dan ingin merayakan Lebaran. Oleh karena itu, harapan kami pemerintah bisa mengatur permintaan dan persediaan ayam serta telur karena komoditas tersebut mudah rusak," jelas Don.

Harga ayam ras di sejumlah daerah di Indonesia rata-rata naik dari Rp10 ribu menjadi Rp35 ribu per ekor. Sedangkan harga telur naik dari Rp16 ribu menjadi sekitar Rp19 ribu per kg.

"Kenaikan murni karena sistem `supply and demand` atau permintaan bertambah maka memicu harga ikut naik," kata Don.

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013