Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan harga BBM bersubsidi dinilai kurang berdampak secara langsung terhadap meningkatnya harga rumah karena telah terjadi lonjakan harga properti yang sangat tinggi di Indonesia dalam jangka waktu beberapa tahun terakhir.

"Secara teori pengembang akan juga menaikkan harga rumahnya, namun tentunya dalam prakteknya tidak dapat sesederhana itu karena naiknya BBM tidak berdampak secara langsung terhadap kenaikan harga rumah," kata Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menurut Ali, segala risiko termasuk harga BBM saat ini seharusnya telah menjadi pertimbangan pengembang ketika merencanakan pengembangan suatu proyek properti.

Hal tersebut karena kenaikan BBM bersubsidi telah menjadi bagian dari perhitungan inflasi secara keseluruhan di Indonesia pada saat proyek dimulai hingga berakhir nanti.

"Dengan demikian, rasa-rasanya pengembang tidak akan menaikkan harga rumah dalam waktu dekat," katanya.

Ia mengingatkan bahwa pergerakan pasar properti selama tiga tahun terakhir sangat fantastis dan berlipat-lipat sehingga membuat harga tanah terdongkrak signifikan.

Bahkan di suatu wilayah yang sama, ujar dia, tidak dapat diperkirakan harga rata-rata karena selisihnya bisa sangat besar dan beragam.

"Kenaikan ini telah memberikan keuntungan lebih dari kenaikan inflasi yang ada," katanya.

Ia berpendapat bahwa memasuki tahun 2013 pasar properti masih memperlihatkan kekuatannya sebagai aset investasi, namun diperkirakan siklus properti ini akan mengalami perlambatan terkait dengan perkiraan naiknya lagi suku bunga dalam waktu dekat, tingginya inflasi, yang berakibat menurunnya daya beli.

Ia juga menyebutkan bahwa dampak kenaikan BBM umumnya terlihat setelah 2-3 bulan ke depan. Pada saat itu umumnya pengembang akan mengevaluasi harga rumah yang akan dijual apakah masih dalam batas wajar atau tidak.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2013