Bandung (ANTARA News) - Beredarnya isu gempa bumi dan tsunami susulan membuat panik warga Pangandaran, Jabar, yang saat ini masih trauma oleh bencana tsunami Senin lalu (17/7) yang telah menewaskan ratusan orang meninggal dan ribuan benda porak poranda. Salah seorang warga Jl Ketapang Duyung, Pangandaran, Johan (27) Sabtu mengatakan, isu yang isinya meminta warga untuk waspada pada Senin dan Rabu mendatang tersebut telah beredar sejak Jumat pagi (21/7). "Isu tersebut membuat panik warga yang sempat pulang ke rumah masing-masing dan akhirnya kembali lagi ke tempat pengungsian. Alasan tersebut diterima masyarakat karena mengingat cuaca di Pangandaran mendung," ujar Johan. Menurut dia, isu gempa susulan tersebut sudah beredar dari mulut ke mulut dan sudah banyak warga yang termakan isu tersebut. Berbeda dengan Nani (35) warga Kidang Pananjung Pangandaran, isu gempa yang diterimanya bukan pada Senin atau Rabu. "Saya mendengar isu akan terjadi gempa susulan pada hari Sabtu ini antara pukul 16.00 dan 18.00," katanya. "Saya kaget sekali sampai-sampai barang yang sudah dimasukan ke rumah, dikeluarkan lagi," katanya. Padahal, lanjut dia, pasca gempa kemarin masih menyisakan trauma. Nani berharap pelaku yang melemparkan isu lewat selebaran tersebut, sadar telah meresahkan warga pangandaran. Sebelumnya pada Sabtu pukul 12.00 WIB, warga pantai timur juga sempat panik karena isu yang menyebutkan akan terjadi gempa pada pukul 13.00 sehingga mereka berlarian ke luar rumah. "Saya mendengar isu itu dari aparat kemanan dan nelayan yang diumumkan lewat megaphone sehingga warga berhamburan," ujar seorang warga. Ketika ANTARA News memperoleh selebaran yang meresahkan warga tersebut, ternyata selebaran tersebut bukan berisi tentang isu gempa melainkan data frekuensi gempa dari BMG yang menyebutkan menurunnya frekuensi gempa di Pangandaran. Menurut selebaran tersebut, Koordinator Observasi Gempa dan Tsunami di Pangandaran, Bambang Suryo mengatakan gempa tidak akan terjadi lagi karena adanya penurunan frekuensi. "Jika ada isu gempa, hal itu merupakan isu murahan karena selama ini kita melakukan pengamatan di layar komputer. Tentunya jika ada gempa, kita selalu koordinasi dangan Satkorlak," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006