Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah pada akhir pekan bergerak melemah ke posisi Rp9.985 per dolar AS seiring minimnya sentimen positif di pasar uang.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak melemah sebesar 25 poin menjadi Rp9.985 dibanding posisi sebelumnya Rp9.960 per dolar AS.

"Kami menganggap bahwa depresiasi rupiah belakangan ini adalah hal yang wajar. Selain dari penguatan dolar AS, dari sisi fundamental ekonomi juga tidak mendukung rupiah menguat," kata analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, selama inflasi meningkat, harga komoditas yang mengalami tekanan, mata uang rupiah dalam jangka panjang diperkirakan masuk dalam tren pelemahan.

Ia mengatakan dua faktor utama internal yang melemahkan rupiah, yakni defisit neraca perdagangan Indonesia dan ekspektasi inflasi yang tinggi.

"Inflasi pada jangka pendek kami perkirakan menyentuh tujuh persen dalam satu hingga dua bulan ke depan," kata dia.

Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir menambahkan pada grafik harian, pelemahan rupiah masih terjaga, hal itu terlihat dalam datarnya indikator MACD, Stochastic, dan RSI paska tingginya volatilitas

Dari sisi fundamental, lanjut dia, sebenarnya kenaikan suku bunga BI rate sebesar 50 bps menjadi 6,5 persen dapat meningkatkan daya tarik rupiah bagi investor asing.

"Namun belum cukup untuk memicu penguatan rupiah yang tajam. Kinerja rupiah masih akan dibayangi oleh kecemasan perlambatan ekonomi Indonesia," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini, tercatat mata uang rupiah bergerak melemah nilainya menjadi Rp9.980 dibanding posisi sebelumnya (11/7) Rp9.979 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2013