Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Badawi, menyatakan tindakan Israel di Lebanon sudah di luar batas dan melebihi kepatutan, sehingga kebrutalan negara Zionis itu sudah merupakan state sponsored terrorism atau terorisme yang didukung oleh negara. "(Terorisme negara Israel) Itu sudah diakui dunia. Orang dimana-mana sudah marah, rakyat di negara-negara sudah marah," katanya dalam wawancara khusus dengan ANTARA di Jakarta, Minggu malam. Menurut Badawi yang berkunjung ke Indonesia untuk menerima anugrah Doktor Honoris Causa dari Universitas Islam Negeri Jakarta itu, yang marah terhadap kebrutalan Israel itu bukan saja masyarakat di negara-negara Muslim, melainkan juga di negara non-Muslim, seperti Australia, Spanyol dan lain-lain. "Semua pihak harus berupaya menghentikan serangan-serangan itu," tegasnya. Menurut Wikipedia, terorisme negara mencakup tindakan-tindakan kekerasan atau penindasan yang dilakukan oleh suatu pemerintahan atau negara. Terorisme negara dapat ditujukan kepada penduduk negara yang bersangkutan, atau terhadap penduduk negara-negara lainnya. Terorisme itu dapat dilakukan oleh angkatan bersenjata negara itu sendiri, misalnya angkatan darat, polisi, atau organisasi-organisasi lainnya, dan dalam hal ini biasanya ia disebut sebagai terorisme yang disponsori negara. Badawi mengatakan sebagai Ketua Organisasi Konferensi Islam (OKI) pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan Israel agar melakukan gencatan senjata. Ia sudah berkirim surat kepada Dewan Keamanan PBB, Sekjen PBB Kofi Annan dan Sekjen Liga Arab. Namun, upaya tersebut berhadapan dengan Amerika Serikat yang cenderung membela Israel termasuk dalam sidang-sidang di Dewan Keamanan. "Amerika Serikat tidak bisa lagi dikatakan netral, karena sudah memihak kepada Israel. Bahkan menurut laporan media, Amerika mengancam mengirim bantuan bom-bomnya kepada Israel. Itu adalah WMD, weapon of mass destruction (senjata pemusnah massal)," katanya. Pekan lalu lalu Amerika Serikat memveto rancangan resolusi PBB yang akan meminta diakhirinya serangan dan penggunaan tak seimbang kekuatan Israel di Jalur Gaza dan juga dibebaskannya seorang tentara Israel yang diculik. Ketika menjelaskan suara negatifnya, Dubes AS John Bolton melukiskan rancangan tersebut sebagai tidak seimbang dan bukan hanya terlalu cepat tapi juga ketinggalan zaman. AS, sekutu paling setia Israel, terakhir menggunakan veto di Dewan Keamanan (DK) Oktober 2004, untuk merintangi rancangan yang sama yang minta agar Israel mengakhiri semua operasi militer di Gaza utara dan menarik diri dari wilayah itu. Namun, Sekjen PBB Kofi Annan kembali mengemukakan usulan ke DK PBB pada Kamis lalu bahwa pasukan penjaga keamanan PBB harus segera dibentuk di wilayah Lebanon di daerah perbatasan dengan Israel bertujuan untuk menstabilkan situasi negeri tersebut. Koordinator Bantuan PBB, Yan Egeland, menyebut Lebanon menderita krisis kemanusiaan yang serius dan mengimbau bantuan kemanusiaan kepada masyarakat internasional karena agresi Israel yang amat berlebihan telah membunuh lebih dari 350 orang di Lebanon. Walaupun dunia internasional mengecam agresi Israel yang dianggap melewati ambang batas karena sepertiga lebih dari mereka yang tewas dan terluka adalah anak-anak dan wanita, tetapi AS justru akan mempercepat pengapalan senjata bom ke Israel dari perjanjian senjata yang ditandatangani tahun lalu. Keputusan mempercepat pengiriman senjata itu menyusul permintaan dari Israel yang dibuat sekitar waktu serangan Israel di Lebanon yang dimulai 12 Juli akibat penangkapan dua tentaranya oleh gerilyawan Hizbullah. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006