(Semua nilai uang dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat) Jakarta, 20 Juli 2006 - PT International Nickel Indonesia Tbk ("PT Inco", atau "Perseroan", BEJ:INCO) hari ini mengumumkan hasil penjualan bersih triwulan kedua 2006 yang tidak diaudit sebesar $258,6 juta, turun 1,8% dari $263,4 juta pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih triwulan yang berakhir 30 Juni 2006 adalah $79,7 juta, atau $0,08 per saham, turun 15,1% dari laba bersih $93,9 juta, atau $0.09 per saham, pada triwulan yang sama 2005. Penjualan bersih naik 1,4% menjadi $440,5 juta pada enam bulan pertama 2006 dari $434,3 juta pada periode yang sama 2005. Laba bersih pada paruh pertama 2006 turun 17,1% menjadi $123,3 juta, atau $0,12 per saham, dari $148,7 juta, atau $0,15 per saham, pada paruh pertama 2005. President and Chief Executive Officer PT Inco, Arif Siregar mengatakan, "Akibat terbakarnya transformer pada tanur listrik no. 2 yang terjadi pada akhir Mei, PT Inco mengurangi target produksi 2006 dari 167 juta pon nikel dalam matte menjadi sekitar 158-159 juta pon nikel dalam matte, karena kami memperkirakan tidak dapat menutup kehilangan produksi pada paruh kedua tahun tersebut. Namun, target jumlah produksi kami masih sesuai untuk mencapai satu tingkat di bawah 159,1 juta pon yang dibukukan pada 2004, yang merupakan produksi tertinggi kami yang kedua." "Kebakaran yang terjadi mengakibatkan transformer tersebut harus diganti. Pemanasan kembali tanur listrik diperkirakan memakan waktu sekitar 7-8 minggu. Kami telah memutuskan untuk menunda dimulainya pemanasan selama 2-3 minggu, untuk menyelesaikan analisis resiko komponen listrik tertentu lainnya untuk memastikan kelancaran operasi. Kerusakan akibat kebakaran diperkirakan sebesar $3 juta dan asuransi akan menutup kerugian tersebut, dikurangi resiko yang ditanggung sendiri. Perseroan juga akan dilindungi dari kehilangan pendapatan yang tergantung pada masa tunggu, " demikian disampaikan Bapak Siregar. Neraca Keuangan PT Inco tetap kuat. Setelah pembayaran dividen sebesar $109.3juta pada 12 bulan terakhir, saldo kas kami pada akhir triwulan kedua 2006 sebesar $170,4 juta dibandingkan dengan $239, 2 juta pada akhir periode yang sama tahun sebelumnya” demikian ditambahkan Bapak Siregar. "Pengerjaan proyek kami untuk meningkatkan kapasitas produksi tahunan menjadi 200 juta pon nikel dalam matte pada 2009 terus berlanjut, yang memerlukan pembangunan sebuah bendungan dan fasilitas pembangkit listrik di Karebbe pada sungai Larona. PT. Inco sedang menyelesaikan pembahasan dengan pemerintah Indonesia pada tingkat lokal, daerah dan pusat tentang beberapa perubahan pada izin kehutanan yang telah kami terima pada triwulan ke-empat 2005. Kami sedang mengkaji dampak keuangan dari penundaan izin tersebut dan akan melaporkan kesimpulannya ketika analisis ini selesai dilakukan” demikian disampaikan Bapak Siregar. Harga realisasi rata-rata untuk nikel dalam matte adalah $14.326 per ton ($6,50 per pon) pada triwulan kedua 2006, dibandingkan dengan $12.897 per ton ($5,85 perpon) pada periode yang sama 2005 dan $11.136 per ton ($5,05 per pon) pada triwulan pertama 2006. Berdasarkan kontrak-kontrak penjualan jangka panjang wajib-ambil PT. Inco dalam denominasi dollar AS harga jual produksi nikel dalam matte ditentukan dengan suatu formula dengan patokan harga tunai nikel di Bursa Logam London (LME), atau harga realisasi rata-rata nikel Inco Limited, mana yang tertinggi. Produksi nikel dalam matte sepanjang triwulan kedua 2006 adalah 15.900 ton (35,0 juta pon), pengurangan 15% dari 18.700 ton (41,3 juta pon) pada periode yang sama 2005. Produksi nikel dalam matte pada paruh pertama 2006 turun 7,8% menjadi 33.200 ton (73,3 juta pon). Dari 36.000 ton (79,4 juta pon) pada enam bulan pertama 2005. Biaya tunai produksi per unit pada triwulan kedua 2006 meningkat 37,6% menjadi $3,11 per pon dari $2,26 per pon pada periode yang sama tahun sebelumnya. Beberapa alasan utama dari kenaikan ini adalah peningkatan pada harga high sulphur fuel oil (HSFO), yang meningkat menjadi rata-rata $54,06 per barel pada triwulan kedua 2006 dari $35,86 per barel pada periode tahun sebelumnya, dan mengurangi tingkat produksi. Dengan harga nikel yang tetap kuat, PT Inco telah menambah pembangkit listrik tenaga air dengan pembangkit listrik bahan bakar minyak yang lebih mahal. Hal ini memungkinkan Perseroan untuk memaksimalkan produksi dan seperti kasus pada triwulan kedua, memungkinkan dilakukannya pemeliharaan peralatan pembangkit yang kritikal. Harga - harga komoditas utama lain dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk operasi Perseroan terus meningkat, termasuk bahan bakar disel dan ban. Biaya operasi untuk kendaraan berat yang telah meningkat juga mempengaruhi harga unit biaya tunai yang semakin tinggi pada triwulan kedua. Pada paruh pertama 2006, kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi sebelum pengeluaran barang modal turun menjadi $103,8 juta dari $140,4 juta untuk periode tahun sebelumnya, terutama karena kenaikan pembayaran kepada pemasok ($89,8 juta), sebagian digantikan oleh berkurangnya pembayaran pajak ($28,6 juta) dan meningkatnya penerimaan dari pelanggan sebesar $36 juta. Pengeluaran tunai barang modal pada enam bulan pertama 2006 meningkat menjadi $50,8 juta dari $47,4 juta pada periode yang sama 2005. Kas yang digunakan untuk pembayaran dividen pada paruh pertama 2006 turun menjadi $85,4 juta dari $97,2 juta pada paruh pertama 2005. Sebagai akibat dari lebih tingginya pembayaran kepada pemasok, pengeluaran barang modal dan pembayaran dividen, arus kas keluar sebesar $78,7 juta terjadi pada paruh pertama 2006 dibandingkan dengan arus kas keluar sebesar $53,8 juta pada periode yang sama. Perubahan pada kebijakan akuntansi yang diterapkan selama triwulan kedua 2006 mempengaruhi hasil-hasil keuangan tertentu yang dilaporkan oleh Perseroan. Berdasarkan studi yang diselesaikan baru-baru ini oleh pihak ketiga mengenai pembebanan biaya-biaya yang berhubungan, pada laba ditahan 1 Januari 2006 PT Inco mengakui pembukaan kewajiban penghapusan aktiva yang tidak terpakai lagi untuk merehabilitasi, menonaktifkan dan mereklamasi fasilitas operasi di Sulawesi, berlaku surut sejak 1 Januari 1995. Perseroan yakin bahwa dengan mengakui kewajiban yang ada dan memberlakukannya sebagai hutang memperbaiki informasi yang tersedia mengenai arus kas keluar di masa yang akan datang, likuiditas dan nilai yang wajar dari hutang, juga meningkatkan daya banding dan transparansi laporan keuangan. Akibat dari penerapan kebijakan ini, pada triwulan kedua 2006, PT Inco mencadangkan biaya penutupan $23,0 juta dan membukukan pengurangan sebesar $10,4 juta pada laba ditahan (efek pajak sebesar $4,5 juta) untuk periode sampai dengan 31 Desember 2005, juga laba untuk enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2006 turun sebesar $0,8 juta, dengan penambahan dan biaya-biaya penyusutan yang dibebankan pada biaya. Ikhtisar kinerja keuangan Perseroan sebagai berikut:
Triwulan KeduaParuh Pertama
2006200520062005
Produksi nikel dalam matte:
- ribu ton15,9018,7033,30 36,00
- juta pon35,0041,3073,3079,40
Penjualan nikel dalam matte:
- ribu ton17,8020,2033,9035,00
- juta pon39,2044,5074,70 77,20
Harga realisasi rata-rata:
- per ton$ 14.326$ 12.897$12.811$ 12.237
- per pon$ 6,50$ 5,85$ 5,81$ 5,55
  
Penjualan bersih - juta$ 258,60$ 263,40$ 440,50 $ 434,30
Laba bersih - juta $ 79,70$ 93,90$ 123,30$ 148,70
Laba bersih per saham$ 0,08$ 0,09$ 0,12$ 0,15
Pada tanggal 30 Juni 2006, persedian nikel dalam matte Perseroan adalah 128 ton (0,3 juta pon), dibandingkan dengan 2.028 ton (4,5 juta pon) pada tanggal 31 Maret 2006 dan 1.475 ton (3,3 juta pon) pada tanggal 30 Juni 2005. Perbedaan dalam jumlah persediaan dan jumlah pengiriman terutama disebabkan oleh jadwal pengapalan. Informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Indra Ginting, Tel: (6221) 524-9000; Jan Kees van Gaalen, Tel: (6221) 524-9001

COPYRIGHT © ANTARA 2006