Yerusalem (ANTARA) - Israel meningkatkan pemboman di Jalur Gaza di tengah meningkatnya seruan untuk gencatan senjata dalam konfliknya dengan Hamas yang telah merenggut nyawa lebih dari 18.800 warga Palestina di Gaza.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam sebuah pernyataan, mengingatkan bahwa rumah sakit Al Shifa di Gaza utara, yang merupakan pusat medis terbesar di wilayah tersebut sebelum perang, saat ini berfungsi sangat minimal dan perlu segera melanjutkan setidaknya operasi dasar untuk terus melayani ribuan orang yang memerlukan layanan kesehatan dan menyelamatkan nyawa.

Sebuah tim gabungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan WHO mengunjungi rumah sakit tersebut dan menggambarkan unit gawat daruratnya sebagai "pertumpahan darah", dengan ratusan pasien yang terluka di bagian dalam dan pasien baru datang setiap menitnya.

Unit Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan dalam informasi terkini bahwa pertempuran sengit terjadi di Gaza, dengan pasukan Israel menyerang lebih dari 200 lokasi dalam satu hari terakhir.

Puluhan ribu pengungsi menggunakan kompleks dan bangunan rumah sakit untuk berlindung dan terdapat "krisis parah" dalam hal air minum, makanan, dan obat-obatan, ungkap pernyataan itu.

IDF melaporkan bahwa tambahan tiga tentara tewas dalam perang di Gaza, sehingga total korban militer bertambah menjadi lebih dari 120 orang sejak Israel memulai serangan daratnya.

Total korban tewas dari pihak Israel mencapai 454 tentara dan sekitar 800 warga sipil, dengan sebagian besar dari mereka tewas dalam serangan awal Hamas terhadap sejumlah komunitas di Israel selatan pada 7 Oktober lalu, menurut data resmi Israel.

Pasukan Israel menyerbu sebuah gedung di dekat sekolah UNRWA, mengeklaim telah menemukan mesin-mesin untuk produksi komponen roket, dan tiga lubang terowongan di dekatnya.

Sementara itu, seruan untuk gencatan senjata semakin meningkat di tengah demonstrasi massal di seluruh dunia, yang mendesak Israel untuk menghentikan serangan mematikan di Gaza.

Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna tiba pada hari Minggu untuk berkunjung ke Israel dan Tepi Barat yang diduduki, di mana dia mendesak gencatan senjata “segera dan tahan lama” dalam perang yang sedang berlangsung.

"Terlalu banyak warga sipil terbunuh," kata Catherine dalam sebuah konferensi pers di Tel Aviv.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
COPYRIGHT © ANTARA 2023