Dubai (ANTARA News) - Wajah seorang wartawan pria tampil di layar televisi dari studio aman stasiun telvisi Al-Jazira di ibukota Qatar, Doha, sementara dua perempuan koresponden dengan pakaian perang lengkap melaporkan langsung dari kedua sisi garis depan Libanon-Israel. Itu lah wajah baru laporan mengenai perang yang telah disaksikan pemirsa Arab sejak Israel melancarkan pembantaian besar-besarannya terhadap Lebanon pada 12 Juli, dalam upaya mengalahkan pejuang Hizbullah. Makin banyak koresponden perempuan Arab, termasuk warganegara Irak, melakukan liputan untuk stasiun televisi Arab dari negara yang dicabik perang, Irak, dan sejumlah wartawati malah menemui ajal saat mereka melakukan tugas, demikian laporan kantor berita Perancis, AFP. Layal Nagib (23) meninggal di tempat kejadian, ketika satu rudal Israel jatuh di sebelah taksi yang dinaikinya dalam perjalanan di Libanon selatan. "Saya secara sukarela pergi ke Lebanon selatan, kendati saya biasa bekerja di ruang redaksi di Doha," kata Katia Nasser --yang nama dan wajahnya jadi tenar di kalangan pemirsa Arab hanya dalam waktu beberapa hari. "Managemen tak keberatan saya pergi biarpun saya perempuan. Sebaliknya, saya merasa mereka menghargai keputusan saya," kata Katia dari kantor Al-Jazira di ibukota Libanon, Beirut. Kaum perempuan pada umumnya berada di belakang kebanyakan pria --yang mendominasi masyarakat Timur Tengah, tapi di dunia audiovisual, perempuan Arab kian besar mengisi ruang yang ada. Rekan Katia di Tepi Barat Sungai Jordan, Shereen Abu Aqleh dan Jivarah Al-Budairi telah lama terbisa terperangkap di tengah baku-tembak. Sekali ini, mereka berada di wilayah Israel untuk melaporkan rudal-rudal Hizbullah menggempur Israel utara. Bushra Abdel Samad, yang sampai 11 Juli melaporkan untuk Al-Jazira mengenai percekcokan tanpa akhir antara politisi Lebanon, menjadi perempuan pertama yang tampil dengan mengenakan pakaian anti-peluru berwarna biru dan helm dari Lebanon selatan. Stasiun televisi yang berpusat di Dubai, Al-Arabiya, juga mengirim perempuan reporter untuk meliput pemboman sengit terhadap pinggir selatan kota Beirut. Dengan terpana, Rima Maktabi dan Najwa Qassem menyaksikan dari satu bukit yang menjorok ke daerah berpenduduk Syiah yang sedang dibom dari udara dan laut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006