Paris (ANTARA News) - Utusan PBB untuk Timur Tengah Terje Roed Larsen, Jumat mengatakan sulit untuk mencapai satu gencatan senjata dalam konflik Libanon tanpa melibatkan Iran dan Suriah, dua negara pendukung pejuang Hizbullah yang berperang melawan pasukan Israel. Diplomat Norwegia itu juga mengemukakan kepada suratkabar Le Figaro bahwa ia berpendapat kecil peluang bagi tercapainya gencatan senjata segera dalam konflik yang sudah berlangsung 17 hari yang menewaskan ratusan warga sipil itu. "Tanpa dua negara ini (Iran dan Suriah) sangat sulit untuk mencapai gencatan senjata," kata Roed Larsen kepada suratkabar Perancis itu. "Terlalu cepat untuk mengatakan apakah mereka dapat diikutsertakan untuk menyeesaikan krisis itu. Kofi Annan sedang menghubungi semua pihak. Ia telah berbicara dengan presiden-presiden Iran dan Suriah." Konflik itu bermula pada 12 Juli ketika para pejuang Hizbulah menangkap dua tentara Israel dan menewaskan delapan lainnya dalam serangan lintas batas, yang memicu serangan balasan militer besar-besaran Israel. Ketika ditanya apakah gencatan senjata segera mungkin terwujud, ia mengatakan: "Jelas, tidak. Baik Israel maupun Hizbullah tidak menunjukkan tanda kesepakatan sekarang. Sebaliknya, kedua pihak itu tetap suka berperangi." Ia membantah bahwa konferensi internasional di Roma, Rabu adalah satu kegagalan walaupun pertemuan tiu tidak mengimbau satu gencatan senjata untuk mengakhiri konflik itu. "Adalah naif untuk berfikir kita dapat menyelesaikan semua masalah dalam setengah hari," katanya. Menurut catatan Reuters paling tidak 445 orang, sebagian besar sipil tewas dalam konflik di Libanon. Lima puluh satu orang warga Israel termasuk 18 warga sipil tewas, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006