Gorontalo (ANTARA News) - Pakar tsunami Dr. Ir. Subandono Diposaptono, meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak terus menyalahkan Badan Meteorolgi dan Geofisika, bila tidak bisa memprediksi gempa atau bahaya tsunami. "Belum ada alat atau apapan yang mampu mendeteksi datangnya gempa atau tsunami sebelum itu benar-benar terjadi," kata dia, di Gorontalo, Senin. Jepang yang merupakan negara yang "akrab" dengan tsunami pun, katanya, tidak bisa memprediksi datangnya gempa atau tsunami secara pasti, apalagi BMG. "Kita hanya bisa mengetahuinya saat itu terjadi, kecuali kemungkinan akan terjadi Tsunami masih bisa diprediksi," tambahnya. "Kita hanya bisa mengetahuinya saat itu terjadi, kecuali kemungkinan akan terjadi Tsunami masih bisa diprediksi," tambahnya. Ia meminta masyarakat agar memahami perbedaan antar kemungkinan tsunami dan kepastian akan terjadi tsunami, agar tidak langsung panik dengan alasan yang belum bisa dibuktikan. Selama ini, peneliti pada Earthquake and Tsunami Disaster itu, mengaku sangat prihatin dengan hujatan dan cerca yang sering diterima BMG, terlebih disaat masyarakat panik dan ingin mendapat kepastian mengenai bencana apa yang akan terjadi di daerahnya. "Tak ada bencana yang waktunya bisa dipastikan secara tepat dan beberapa hari sebelum kejadian, yang bisa hanyalah kemungkinannya. Ini yang harus dipahami masyarakat," ungkapnya. Sementara itu, Kepala Stasiun BMG Gorontalo, Kisnobudi, mengatakan bahwa pihaknya memaklumi jika masyarakat tidak puas dengan informasi yang diberikan karena memiliki keterbatasan alat. "BMG tidak punya alat pendeteksi tsunami seperti yang dibayangkan masyarakat selama ini," katanya. Selama ini di Indonesia, kemungkinan terjadinya tsunami hanya bisa dipelajari dari gejala yang terjadi di antaranya yaitu gempa tektonik di atas 6,5 Skala Richter dan air laut yang surut mendadak. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006