Bengkulu (ANTARA News) - Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama Said Agil Siroj mengatakan mengkritik bukan berarti ingin menggulingkan, tetapi memberikan nasihat untuk menciptakan kondisi yang lebih baik.

"Mengkritik bukan berarti menggulingkan pemerintahan yang ada saat ini, tapi nasihat untuk menjadi lebih baik," katanya di Bengkulu, Kamis sore.

Ia mengatakan hal itu usai melantik Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Provinsi Bengkulu masa bakti 2013-2018 yang diketuai Sirajuddin yang juga Rektor Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.

Menurutnya, pengurus NU wilayah Provinsi Bengkulu yang baru dilantik tersebut harus berperan untuk mempercepat pembangunan daerah.

Terutama Provinsi Bengkulu yang merupakan salah satu daerah yang cukup lamban pertumbuhan ekonominya dibanding provinsi lain di Pulau Sumatra.

"Memberikan dukungan kepada pemerintah daerah untuk mempercepat pembangunan di segala bidang," katanya.

Namun, meskipun pada posisi mendukung pemerintahan, menurutnya hal-hal yang dianggap tidak tepat tetap harus dikritik.

Kritik berbentuk nasihat agar apa yang dilaksanakan pemerintah benar-benar tepat sasaran dan hasilnya lebih baik.

Ketua Umum PBNU ini mencontohkan bahwa ia juga pernah menyampaikan kritikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang perekonomian nasional.

Ekonomi Indonesia yang tumbuh sebesar 6,5 persen di tengah kondisi ekonomi Eropa tengah lesu menurutnya sebuah prestasi yang patut dibanggakan.

"Tapi persoalannya adalah apakah terjadi pemerataan. Karena dalam Islam saja diperingatkan bahwa harta jangan menumpuk pada orang atau golongan yang itu-itu saja, harus merata," katanya menerangkan.

Ia mengharapkan para pengurus PWNU Provinsi Bengkulu juga memiliki peran positif untuk mendorong percepatan pembangunan.

Usai melantik PWNU Provinsi Bengkulu, Said Agil juga menyampaikan tablig akbar kepada ribuan warga NU yang hadir pada acara itu.

Dalam tabligh akbar tersebut ia mengajak warga NU agar terus memerangi korupsi, terorisme dan menghidupkan empat pilar kebangsaan.

"Bahkan dalam PBNU itu sendiri kami sebutkan kepanjangan lainnya adalah Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang," katanya disambut tepuk tangan warga NU yang hadir.

Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013