PBB (ANTARA News) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) mendesak semua pihak di Mesir untuk mengakhiri kekerasan dan menahan diri setelah ratusan orang tewas saat tentara dan polisi menumpas protes-protes menanti kembalinya Presiden Mohamed Moursi setelah dikudeta.

"Para anggota dewan memandang penting untuk mengakhiri kekerasan di Mesir dan bahwa para pihak berupaya maksimal untuk menahan diri," kata Duta Besar Argentina untuk PBB Maria Cristina Perceval kepada wartawan setelah 15 anggota dewan bertemu membahas situasi ini.

Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 anggota mendapat penjelasan mengenai situasi di Mesir di balik pintu tertutup oleh Wakil Sekretaris Jenderal PBB Jan Eliasson.

Pertemuan secara bersama-sama diminta oleh para anggota dewan dari Prancis, Inggris, dan Australia.

Penguasa militer yang didukung Kairo memerintahkan penyerbuan terhadap kemah-kemah protes pro-Moursi setelah fajar pada Rabu, enam pekan setelah tentara menggulingkan pemimpin pertama yang dipilih secara bebas di negara itu.

Pemerintah Mesir mengatakan 525 orang tewas.

"Para anggota pertama-tama menyatakan simpati mereka kepada para korban dan menyesali hilangnya nyawa mereka," kata Perceval, yang bertindak sebagai ketua dewan untuk Agustus.

"Ada keinginan bersama bahwa kekerasan harus dihentikan dan untuk memajukan rekonsiliasi nasional."

Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan sebelumnya juga telah menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk cepat mengadakan setelah apa yang dia sebut sebagai pembantaian di Mesir dan mints kepada negara-negara Barat untuk menggagalkan dan menghentikan pertumpahan darah.

Presiden AS Barack Obama mengumumkan pada Kamis bahwa Amerika Serikat telah membatalkan latihan militer bersama dengan Mesir bulan depan, mengatakan kerja sama normal AS tidak dapat dilanjutkan dalam kenyataan terjadinya penumpasan berdarah angkatan bersenjata terhadap para pemrotes.
(H-AK)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2013