Yogyakarta (ANTARA News) - Banyak orang di kawasan Asia Tenggara saat ini mengalami kehampaan hidup dan kehilangan kebermaknaan spiritual sehingga menjadikan mereka mudah depresi, sedih, dan stres, kata Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kasiyarno.

"Pada tahun belakangan ini negara-negara Asia Tenggara mengalami berbagai persoalan mulai dari ekonomi, politik, sosial, dan keluarga. Pada tataran dimensi spiritual ditemukan banyak orang mengalami kehampaan hidup dan kehilangan kebermaknaan spiritual," katanya di Auditorium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia pada "Southeast Asia Psychology International Conference" (SAPIC) 2013, mereka kehilangan kepercayaan dan terpenjara dalam kebingungan tentang eksistensi hidupnya. Banyak di antara mereka yang kemudian melakukan perilaku merusak diri yang justru berdampak lebih besar dalam hidup mereka seprti penyalahgunaan napza.

"Kondisi hilangnya kebermaknaan spiritual itu menyebabkan mereka mengalami penurunan dalam kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis. Pengalaman tidak bahagia itu terkadang membuat mereka melakukan tindakan agresif sebagai pelampiasan keputusasaannya," katanya.

Akibatnya, kata dia, kekerasan terjadi dimana-mana dan menjadi masalah di tengah masyarakat. Kekerasan seolah-olah menjadi cara untuk menyelesaikan masalah, dan menjadi sebuah endemi baru di tengah masyarakat sebagai indikasi adanya ketidakharmonisan sosial.

Ia mengatakan, SAPIC bertujuan untuk mengumpulkan berbagai solusi, perspektif, dan rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ilmiah terutama disesuaikan dengan budaya Asia Tenggara.

"Kegiatan itu mengundang akademisi, peneliti, dan mahasiswa pascasarjana untuk berpartisipasi dalam menyampaikan ide dan penelitian yang berkaitan dengan tema konferensi, yakni `Spiritualitas, Kebahagiaan, dan Harmoni Sosial`," kata Kasiyarno.(*)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013