Brussel (ANTARA News) - Inggris dan Jerman, yang didukung oleh Belanda, hari Selasa menolak rancangan deklarasi Uni Eropa (EU) yang mendesak gencatan senjata segera di Timur Tengah, kata sejumlah diplomat. Dalam sebuah teks yang diajukan pada pertemuan menteri luar negeri EU, keperesidenan Finlandia mengajukan sebuah dokumen yang menuntut gencatan senjata segera untuk mengakhiri pertempuran antara Israel dan Hizbullah yang berlangsung sejak 12 Juli. "Orang-orang Inggris, Jerman dan Belanda mengajukan keberatan," kata seorang diplomat dikutip AFP. "Tidak berjalan mulus," kata seorang diplomat lain yang tidak bersedia disebutkan namanya. Seorang diplomat ketiga mengatakan, "Itu sebuah kekacauan." Inggris dan Jerman mendorong sebuah perjanjian PBB mengenai penempatan pasukan internasional untuk mengamankan perbatasan Lebanon-Israel dan memastikan bahwa gencatan senjata bisa bertahan, sementara Perancis memelopori seruan-seruan bagi diakhirinya segera pertempuran. Para menteri itu dikabarkan mengerjakan sebuah dokumen kompromi yang diusulkan oleh Luksemburg, dan yang mendesak "penghentian segera permusuhan yang akan mengarah pada gencatan senjata abadi". Teks dokumen itu "mungkin memadai untuk mencapai sebuah konsensus", kata seorang diplomat. Perselisihan menyangkut deklarasi itu memperkuat kegagalan konferensi Roma pekan lalu antara negara-negara besar dunia. Israel menyatakan bahwa konferensi itu, yang berakhir tanpa kesepakatan mengenai seruan gencatan senjata, secara efektif memberinya "otorisasasi" untuk melanjutkan ofensif ke Lebanon. Pertemuan EU itu dilakukan selama "penghentian" 48 jam serangan udara Israel setelah pesawat-pesawat tempur negara Yahudi itu membunuh 52 warga sipil, sebagian besar anak-anak, di desa Qana, Lebanon selatan, dalam serangan pemboman yang menyulut amarah internasional.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006