Jakarta (ANTARA) -
Pelaksana Tugas Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E. Aminudin Aziz menyatakan Perpusnas akan fokus melakukan tiga program dalam rangka peningkatan literasi masyarakat.
 
"Pertama, jika mengambil istilah menengok masa lalu. Kita akan lakukan pengarusutamaan naskah nusantara, baik koleksi langka, naskah kuno, maupun manuskripnya, dan menata pemanfaatannya seperti apa," kata Aminudin dalam bincang bersama media di Perpusnas, Jakarta, Jumat.
 
Ia menjelaskan, tugas Perpusnas untuk melestarikan naskah-naskah manuskrip tidak mesti hanya berhenti pada proses digitalisasi, tetapi harus ada turunan manfaatnya.

Baca juga: Perpusnas salurkan buku untuk 10 ribu perpustakaan dan TBM
 
"Misalnya bagaimana memanfaatkan manuskrip hasil digitalisasi ini menjadi bacaan untuk anak-anak atau masyarakat," ujar dia.
 
Kemudian, dua program untuk peningkatan literasi di masa depan, yakni penguatan budaya baca, serta standardisasi dan pembinaan.
 
"Penguatan budaya baca kita lakukan, karena sebenarnya minat baca masyarakat kita itu tinggi, tetapi persoalannya ada pada kekurangan fasilitas yang tersedia, dalam hal ini buku cetak atau elektronik yang bermutu, dan diminati oleh calon pembaca," ucapnya.
 
Menurutnya, selama ini sumber bacaan yang ada di masyarakat masih belum sesuai dengan minat masyarakat, utamanya anak-anak.
 
"Di anak tingkat sekolah dasar (SD), yang dijejalkan itu misalnya buku bercocok tanam, menjadi nelayan, padahal anak-anak SD kan minatnya tidak di situ," katanya.
 
Untuk itu, sambung dia, Perpusnas telah mengintervensi penyediaan buku untuk 10.000 lokus, mengingat di desa-desa belum banyak yang memiliki perpustakaan, dan Perpusnas baru mengintervensi sedikit melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS).

Baca juga: Perpusnas perkuat fondasi literasi keluarga melalui tiga pilar
 
"Akan ada pelatihan bagi para pengelola, baik itu perpustakaan di TPBIS, desa, maupun taman baca masyarakat, ini yang akan kami kerjakan. Kami akan berkolaborasi dengan perpustakaan daerah, pegiat literasi, dan pengelola-pengelola perpustakaan di pedesaan. Ini program pertama yang akan menyentuh masyarakat secara langsung," paparnya.
 
Dengan begitu, menurutnya, akan mendorong kegiatan-kegiatan rutin yang berpusat pada perpustakaan desa, misalnya membahas buku, resensi, yang dikaitkan dengan pemahaman para pembaca terhadap buku-buku yang disediakan.
 
"Jadi kegiatan di sekolah, TBM, dan TPBIS itu saling sinkron, ada program pemberdayaan melalui perpustakaan desa," kata dia.
 
Selanjutnya, terkait standardisasi dan pembinaan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk melakukan pendataan data berdasarkan data pokok pendidikan (dapodik) terkait perpustakaan di sekolah.
 
"Untuk bisa mengakreditasi, kita harus sinkronkan dengan data di Kemendikbudristek. Di tahun 2024, kita akan melakukan survei terhadap kondisi perpustakaan sekolah. Kalau di sekolah tidak ada perpustakaan dan pengelolaannya, maka ada pengadaan lewat dana alokasi khusus (DAK), karena itu menjadi tanggung jawab daerah, yang menjadi bagian dari sekolah," tuturnya.
 
Aminudin juga menyebutkan bahwa akan ada asesmen yang dikerjakan untuk perpustakaan yang akan diakreditasi melalui instrumen asesmen.
 
"Kalau ada asesmen, akan ada juga penilaian-penilaian seperti layanan yang mesti inklusif, pengelolaan di perpustakaan itu bagaimana juga tentu akan dipikirkan, itu masuk dalam standardisasi dan pembinaan," demikian Aminudin Aziz.

Baca juga: Peningkatan budaya membaca kunci wujudkan masyarakat berkarakter

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
COPYRIGHT © ANTARA 2024