Jakarta (ANTARA News) - Penjualan Obligasi Ritel Indonesia (ORI-001) melalui PT Danareksa (Persero), sampai Senin (1/8) kemarin sudah mencapai 80 persen atau Rp400 miliar, dari kuota yang dijatahkan sebesar Rp500 miliar. "Kami optimis jatah yang diberikan kepada kami sampai batas akhir bisa mencapai 100 persen," kata Direktur Utama perseroan Lin Che Wei, di Jakarta, Rabu. Che Wei mengatakan optimisme tersebut di dorong oleh jaminan pemerintah yang merahasiakan pemilik ORI. "Tetapi itu bukan insentif, melainkan syarat dasar yang memang harus diberikan kepada pemilik ORI, seperti yang diberikan kepada nasabah perbankan," katanya. Dia menambahkan ada empat poin yang harus diperhatikan dalam penerbitan ORI ini. Pertama, kerja keras dari para agen penjual yang harus lebih dari kerja keras perbankan untuk mencapai target yang ditetapkan. "Danareksa dari awal sudah memprediksi bahwa kita benar-benar ingin mencapai target. Kalau secara kolektif kita kerja keras, maka target bisa tercapai," tuturnya. Poin kedua, kesuksesan ORI harusnya dilihat bukan semata dari fully oversubscribed (permintaan yang berlebih) tetapi jumlah investor yang makin merata ke investor ritel. "Jadi kita membuka sebanyak-banyak indvidu untuk menjadi investor membiayai keuangan negara," tambahnya. Lalu poin ketiga, ORI dijadikan sebagai landmark atau pondasi awal. "Memang jumlah ini (Rp2 triliun) sebenarnya kecil jauh dari yang sering dikeluarkan Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara (DPSUN) berupa SUN yang lebih dari Rp3 triliun. Jadi dengan ORI ini yang penting bisa buka jalur obligasi ritel negara," katanya. "Sedangkan poin yang keempat, adalah penerbitan ORI bertujuan untuk menguatkan dan membangun fundamental pasar obligasi," katanya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006