Jakarta (ANTARA News) - Penyerapan sektor konstruksi terhadap APBN 2013 diperkirakan hanya terserap sekitar 70 persen, menyusul dugaan akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia.

"Prediksi kami, penyerapan hanya sekitar 70 persen atau maksimal 85 persen. Artinya dijamin tak akan 100 persen," kata Ketua Umum Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), Sudarto, di Jakarta, Senin (2/9).

"Setelah kenaikan BBM beberapa waktu lalu, sebenarnya, industri terkait sudah berusaha tidak menaikan harga dan efisiensi, tetapi setelah dolar AS menguat terhadap rupiah dan diikuti oleh kenaikan suku bunga acuan BI rate, maka dampaknya tak dapat dihindari lagi," katanya.

Ia memperkirakan, kenaikan material barang konstruksi impor, di antaranya peralatan MEP, peralatan pembangkit listrik, peralatan material aspal dan bahan industri lokal yang mengandung material bahan baku impor adalah baja plat, baja profil, besi baja, marmer, granit dan gipsum, tak akan bisa dihindari.

"Mau tak mau terjadilah harga yang meningkat. Toleransi industri konstruksi terhadap kenaikan harga-harga itu sekitar lima persen, tetapi jika lebih dari itu, otomatis akan ada stagnasi," katanya.

Selain pelemahan rupiah, lanjutnya, industri konstruksi juga terkena imbas kenaikan suku bunga kredit karena BI Rate naik. "Kami sudah jatuh tertimpa tangga. Jangan sampai alasan ini membuat bank jadi menaikan bunga pinjaman komersial. Habislah kita," katanya.

Sementara itu, tambahnya, kompetitor lain di luar negeri, mendapatkan dukungan penuh dari pemerintahnya seperti para kontraktor di Cina, antara lain melalui suku bunga rendah.

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2013