Palembang (ANTARA News) - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini mendorong biaya produksi PT Pupuk Sriwidjaja naik.

"Melemahnya rupiah akhir-akhir ini jelas berpengaruh terhadap biaya produksi karena gas yang digunakan untuk membuat pupuk urea harganya ditentukan dengan dolar Amerika Serikat," kata Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Musthofa, di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa.

Meskipun dampak melemahnya nilai tukar rupiah mengakibatkan membengkaknya biaya produksi, pihaknya sekarang ini tetap memproduksi pupuk urea untuk memenuhi kebutuhan petani dalam negeri sebagaimana biasanya.

Pusri, katanya, berupaya melakukan efisiensi biaya produksi dan biaya umum di empat pabrik pupuk urea miliknya di Palembang untuk mengurangi beban meningkatnya biaya akibat menguatnya dolar AS terhadap rupiah.

Pusri juga memaksimalkan penjualan ekspor untuk memperoleh pendapatan dalam dolar AS yang diharapkan bisa meringankan beban perusahaan.

Sebelumnya, Manajer Hubungan Masyarakat PT Pusri Sulfa Ganie mengatakan, produksi seluruh pabrik pada kuartal pertama 2013 mencapai 652.657 ton pupuk urea atau 104 persen dari target 630.200 ton.

Secara kumulatif pada bulan Januari hingga April 2013 realisisi produksi di empat pabrik mencapai 652.657 ton pupuk urea atau melebihi target.

Sedangkan khusus April 2013, kata dia, realisasi produksi pabrik Pusri 2, Pusri 3, Pusri 4, dan Pabrik Pusri 1B secara keseluruhan mencapai 160.197 ton pupuk urea dari rencana 155.300 ton atau mencapai 103 persen.

Ia menjelaskan, keempat pabrik milik PT Pusri sejak awal 2013 hingga kini bisa beroperasi secara maksimal sehingga mampu memproduksi pupuk urea melebihi target yang ditetapkan pada setiap bulannya.

"Kegiatan produksi pabrik pupuk urea dan amoniak sepanjang tahun 2013 ini berjalan lancar dan tidak ada hambatan yang berarti meskipun kondisi semua pabrik yang dimiliki cukup tua," ujar Sulfa pula.

Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013