Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan mengubah patokan harga jual produksi konsentrat PT Freeport Indonesia sebagai upaya meningkatkan pendapatan negara dari perusahaan tambang raksasa tersebut. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa melalui audit yang kini dilakukan, pemerintah ingin memperbaiki tidak hanya sistem tetapi juga operasional kegiatan tambang Freeport. Di antara perbaikan itu adalah mengubah ketentuan pemberlakuan patokan harga jual konsentrat dari sebelumnya berdasarkan harga per triwulan menjadi setiap transaksi. Purnomo mengatakan, perbaikan pendapatan negara tersebut tidak harus berupa perubahan kontrak karya (KK) yang ada. "Perbaikan akan dilakukan pada lima aspek yaitu penerimaan negara, pemantauan produksi, lingkungan, pemberdayaan masyarakat sekitar (community development), dan keamanan," katanya. Menurut dia, tim audit departemen teknis juga akan mendengarkan masukan dari Pansus Freeport DPR. Dalam kesempatan sama, Dirjen Mineral Batubara dan Panas Bumi Departemen ESDM Simon Felix Sembiring menambahkan, audit Freeport telah memasuki tahap final di tingkat departemen teknis. "Jumat (11/8) depan kami akan lapor secara resmi ke Menko Perekonomian yang dengan beberapa menteri terkait akan memutuskan perbaikannya," ujarnya. Simon juga menjelaskan, berdasarkan rekomendasi tim audit departemen teknis, dari sisi lingkungan, Freeport harus membuat tanggul di lokasi pembuangan limbah guna mencegah kebocoran. Dari sisi produksi, katanya, tim teknis meminta agar patokan harga jual konsentrat Freeport dihitung berdasarkan ketentuan harga pada setiap transaksi. "Selama ini, harga ditentukan secara rata-rata tiap tiga bulan sekali, namun nantinya akan dihitung setiap transaksi dengan harga yang berlaku saat itu," ujarnya. Mengenai pabrik pengolahan konsentrat (smelter), Simon mengatakan, pemerintah akan memprioritaskan pembangunannya pada pengusaha nasional. Konsentrat tembaga hasil produksi Freeport sebagian besar diolah di luar negeri seperti CHina, India, Jepang, Korea, Filipina, Bulgaria, Spanyol, Finlandia, dan Jerman. Di dalam negeri baru terdapat satu "smelter" di Gresik, Jawa Timur, dengan kapasitas produksi 750 ribu ton per tahun atau 29 persen dari total produksi konsentrat Freeport 2,6 juta ton per tahun. Pabrik pengolahan tembaga di Gresik itu 25 persen sahamnya dimiliki Freeport.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006