Istanbul (ANTARA News) - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku ragu Presiden Bashar al-Assad bisa memenuhi janjinya mengalihkan senjata kimianya di bawah pengawasan internasional.  Turki juga menuduh Assad sedang mengulur waktu untuk pembantaian-pembantaian baru.

Turki yang menjadi salah satu pengkritik terkeras Assad, mendukung intervensi militer di Suriah dan kian frustasi melihat ketidakmauan Barat dalam membuat keputusan. Negeri ini mengkritik pernyataan AS bahwa serangan militer akan dilakukan secara terbatas.

"Rezim Assad tidak berusaha menghidupkan apa pun janjinya, tetapi telah mencuri waktu untuk pembantaian-pembantaian baru dan teru melakukan hal itu," kata Erdogan dalam satu pidato di Istanbul.  "Kami meragukan janji-janji berkaitan dengan senjata kimia itu tidak akan dipenuhi."

Menteri Luar Negeri AS John Kerry telah mengatakan Assad bisa menghindarkan serangan militer AS jika menyerahkan senjata kimianya ke pengawasan internasional.

Assad menerima rancangan itu, Namun pemerintah Turki yang memiliki garis perbatasan sepanjang 900 km dengan Suriah, dan menjadi tempat pelarian seperempat dari 2 juta warga Suriah yang keluar dari negerinya, skeptis dengan rencana itu.

"Sayangnya pidato Menteri Luar Negeri AS Kerry mengenai penyerahan senjata kimia telah memupus kemungkinan intervensi," kata Wakil Perdana Menteri Turki  Bulent Arinc.

"Kami tak sedang menabuh genderang perang. Namun sesuatu harus dilakukan untuk melawan pemerintah tiranis yang bertanggungjawab atas kematian lebih dari 100 ribu orang, yang telah menggunakan peluru kendali dan kini senjata kimia," kata dia seperti dikutip Reuters.

"Pidato Kerry menguntungkan Rusia dan Assad. Amerika Serikat tak bisa menariknya lagi, dan bagi saya, itu adalah kesalahan besar."

Akhir bulan lalu Erdogan mengatakan setiap serangan militer mesti ditujukan untuk mengakhiri kekuasaan Assad dan bukan model serangan petak umpet selama 24 jam, seraya mencontohkan operasi militer NATO di Kosovo beberapa tahun lalu.

Turki sudah menyatakan siap berpartisipasi dalam serangan internasional melawan Assad, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2013