Jakarta (ANTARA News) - Kondisi moneter yang relatif stabil akhir-akhir ini diperkirakan akan mendasari kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga BI sebesar 25 - 50 basis poin dari 12,25 persen menjadi 11,75 - 12,00 persen, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang akan dilakukan Selasa (8/8). "Melihat tren inflasi yang menurun, rupiah yang stabil, respon terhadap penerbitan obligasi retail Indonesia (ORI) yang baik, suku bunga AS (Fed Fund Rate) yang stagnan dan harga minyak dunia yang menurun, diharapkan BI rate dapat turun 25 - 50 basis poin," kata pengamat perbankan Ryan Kiryanto di Jakarta, Senin. Turunnya BI rate, lanjut Ryan, diharapkan dapat diikuti oleh suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjadi 11,50 - 11,75 persen, sehingga perbankan akan segera meresponnya dengan menurunkan suku bunga simpanan sekitar 50 - 100 basis poin menjadi 9 - 11 persen. "Setelah itu suku bunga kredit diperkirakan akan turun juga sebesar 50 - 100 basis poin sehingga menjadi 14 - 16 persen," katanya. Menurut Ryan, penurunan suku bunga bank menjadi salah satu faktor utama mendorong bergeraknya sektor riil, namun akan lebih baik lagi jika ditambah dengan beberapa paket kebijakan ekonomi, investasi dan keuangan yang diimplementasikan secara serius. "Termasuk juga penanganan terhadap birokrasi yang menimbulkan `high cost economy`, menciptakan kepastian hukum dan konsistensi kebijakan pemerintah," katanya. Dikatakannya, dengan penurunan suku bunga BI ini, diharapkan dapat mendorong ekspansi kredit tahun ini menjadi sekitar 13 - 16 persen atau masih di bawah target sebelumnya 18 persen, melalui pemberian kredit baru atau "new loan originater" dan tambahan fasilitas kredit serta pencairan "indisbursed loan" yang mencapai Rp150 triliun. "Seharusnya, penurunan suku bunga bank tidak harus merujuk pada BI rate. jadi bank-bank yang sangat efisiensi dan menguasai `leading banks` mustinya menjadi pionir penurunan suku bunga," katanya. Sebelumnya, Deputi Senior Gubernur BI, Miranda S. Goeltom mengakui peluang pelonggaran moneter memungkinkan dilakukan oleh BI pada Agustus 2006 ini dengan adanya kecenderungan inflasi yang menurun. "Kalau kita lihat, laju inflasi turun lebih cepat dari perkiraan, jadi ada kemungkinan terjadi pelonggaran moneter," kata Miranda. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006