Phnom Penh (ANTARA News) - Perdana Menteri Hun Sen dan pemimpin oposisi Sam Rainsy memulai pembicaraan pada Senin, dalam upaya terakhir guna menembus kebuntuan politik.

Pembicaraan antara kedua pesaing politik itu untuk kedua kalinya dalam waktu tiga hari belakangan. Pada Sabtu (14/9), kedua pemimpin itu bertemu di Istana Raja di bawah pengawasan Raja Sihamoni, tapi tak membuat kemajuan mengenai kebuntuan politik tersebut.

Kamboja menyelenggarakan pemilihan umum pada 28 Juli. Hasil akhirnya memperlihatkan Partai Rakyat Kamboja (CPP), yang berkuasa pimpinan Hun Sen menang dengan meraih 68 kursi parlemen dan Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) --pimpinan Sam Rainsy-- menerima sisa 55 kursi.

CNRP tidak mengakui hasil tersebut, dan mengklaim partai itu mestinya memperoleh 63 kursi, dan CPP menerima sisa 60 kursi jika saja penyimpangan selama pemungutan suara diselidiki secara adil.

Anggota senior CNRP Cheam Yeap, Sabtu, mengatakan pertemuan antara kedua pemimpin itu direncanakan dipusatkan pada kebuntuan politik saat ini dan pengalokasian posisi pimpinan parlemen, demikian laporan Xinhua.

Ia menyatakan takkan ada pembicaraan mengenai pembentukan komite independen penyelidikan pemungutan suara sebab hasil akhir pemilihan umum sudah disiarkan.

Bentrokan antara polisi dan pemrotes terjadi selama protes massal pimpinan Sam Rainsy di Taman Kebebasan di Phnom Penh, Minggu. Dalam bentrokan tersebut, polisi menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air untuk membubarkan pemrotes.

Seorang pemrotes tewas dalam satu peristiwa dan seorang personel polisi cedera di kepala dalam peristiwa lain.

Sam Rainsy memberitahu sebanyak 20.000 pendukungnya di Taman Kebebasan bahwa CNRP akan memboikot sidang pembukaan parlemen, yang dijadwalkan pada 23 September, jika tak ada penyelesaian yang adil terhadap dugaan penyimpangan selama pemungutan suara 28 Juli.


Penerjemah: Chaidar Abdullah

Editor: Heppy Ratna Sari
COPYRIGHT © ANTARA 2013