Malang (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) mengundang Menlu Hasan Wirayuda dan sejumlah Duta Besar (Dubes) serta rektor Perguruan Tinggi (PT) di Jatim, untuk membahas serangan Israel terhadap Libanon yang kurang mendapat perhatian dari negara-negara di kawasan Timur Tengah. Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Rabu, mengemukakan, Menlu dan sejumlah Dubes negara sahabat serta para rektor PT itu, diundang guna mengupas masa depan Libanon yang terus menerus digempur rudal-rudal Israel, dalam dialog terbatas "Resolusi Konflik Libanon-Israel dan Prospek Perdamaian Dunia dalam Perspektif Kebijakan Luar Negeri RI". "Dubes negara sahabat yang juga kami undang di antaranya adalah Dubes Palestina, Syiria, Yordania, Iran, Malaysia dan Dubes Jepang sebagai pengamat dialog terbatas tersebut," ucapnya di Pesma Al-Hikam Malang. Ia mengakui, kecaman bahkan kutukan terhadap Israel atas serangannya terhadap Libanon dari berbagai kalangan, tidak mampu memberikan makna dan efek apapun, karena dianggap angin lalu oleh Israel dan penguasa AS sebagai pendukung utamanya. Hanya saja, katanya, AS diwaktu-waktu tertentu mengaku menjadi pioner penegakan Hak Asasi Manusia (HAM), menjadi polisi dunia bahkan memelopori pemberantasan terorisme internasional. Namun pada waktu tertentu AS justru mengabaikan HAM. Kondisi ini, lanjutnya, harus dipertanyakan mengapa AS selalu berpihak kepada Israel yang jelas-jelas membumihanguskan rakyat Libanon dan Palestina. Oleh karena itu, kata mantan Cawapres pasangan Megawati Soekarnoputri itu, bangsa Indonesia dalam memerangi terorisme dunia bukan karena pengaruh dan propaganda AS, tetapi benar-benar karena perintah agama yang tegas-tegas menentang teror, sebab menimbulkan kegelisahan, kecemasan dan kerusakan yang merugikan. Sekarang sudah banyak Ormas Islam Indonesia yang ingin dikirim ke medan perang membantu Libanon. Namun hanya berbekal semangat saja tanpa didukung kemampuan teknis, sama halnya dengan bunuh diri. "Tentara saja butuh latihan tahunan, kok ini langsung minta dikirim tanpa bekal apa-apa," ujar Hasyim, menegaskan. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006