Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Chatib Basri, memperkirakan usaha lembaga pebiayaan akan bergairah lagi menyusul langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate dari 12,25 persen menjadi 11,75 persen. "Saya kira yang akan pick up dalam waktu dekat adalah lembaga pembiayaan yang melakukan pembiayaan untuk pembelian motor, mobil, dan properti. Saya kira yang sifatnya seperti itu akan tumbuh, akan jalan," kata Chatib Basri di Jakarta, Rabu. Menurut dia, bergairahnya kembali lembaga pembiayaan akan mendorong berputarnya kembali roda ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. "Kondisi indikator ekonomi sudah mulai membaik, titik terbawah sudah terjadi pada kuartal pertama 2006 sehingga penjualan ritel termasuk motor dan mobil akan meningkat lagi," katanya. Kondisi tersebut akan lebih baik lagi dengan adanya penurunan tingkat BI rate dari 12,25 persen menjadi 11,75 persen. Namun menurut Chatib, dampak penurunan BI rate tersebut belum akan signifikan pada peningkatan investasi di tanah air. "Kita lihat belanja barang modal masih mengalami penurunan hingga Juni 2006. Mungkin baru akan meningkat di kuartal III 2006 sehinnga investasi baru akan muncul di kuartal IV 2006," katanya. Pada semester II 2006 khususnya kuartal III, menurut dia, kondisi perekonomian sudah lebih baik dari sebelumnya, namun hal itu lebih didorong oleh konsumsi baik privat maupun publik. Mengenai pertumbuhan ekonomi selama 2006, Chatib memperkirakan, target pertumbuhan ekonomi 2006 sebesar 5,9 persen akan sulit tercapai, kecuali pertumbuhan ekonomi di semester II 2006 mencapai 7,0 persen. "Yang realistis saya kira 5,4 hingga 5,6 persen. Jadi hampir sama dengan tahun lalu (2005)," katanya. Chatib juga mengingatkan bahwa kebijakan moneter saja tidak cukup untuk mendorong perbaikan kondisi ekonomi sehingga harus ada kombinasi dengan penyelesaian berbagai masalah di sektor riil. "Kalau hanya dari monetary policy saja, saya kira tidak akan memberikan hasil seperti yang kita pikirkan," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006