Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia memprotes keras insiden penembakan nelayan tradisional Indonesia oleh tentara Papua Nugini (PNG) dan berencana memanggil duta besar PNG untuk menyerahkan nota protes. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu), Desra Percaya, kepada wartawan di Jakarta, Kamis. "Pemerintah memprotes keras dan memanggil Dubes PNG, Christopher S Mero, hari ini (Kamis, red) untuk bertemu pihak Deplu guna menyerahkan nota protes," katanya. Menurut Jubir, Deplu menengarai adanya penggunaan kekerasan berlebihan sehingga berharap pihak yang bersalah dapat diproses hukum. "Indikasi bahwa mereka melewati batas wilayah juga belum jelas, karena belum ada klarifikasi dari pemerintah PNG," katanya. Para nelayan yang ditahan itu, kata dia, merupakan nelayan tradisional apalagi batas wilayah perairan tidak kelihatan. "Apa pun proses kejadiannya kami menduga ada indikasi pihak keamanan PNG memberikan kekerasan berlebihan," ujarnya. Peristiwa penembakan dan penangkapan kapal nelayan Indonesia bernama "Buana Jaya" terjadi pada Selasa (8/9) sekitar pukul 10.00 WIB. Dari 10 orang ABK yang ditahan, satu orang bernama Mulyadi meninggal, dua orang Hamid dan Gopal luka-luka dan tujuh orang ditahan. Deplu menerima informasi itu dari perwakilan RI di Vanimo yang memperoleh laporan dari masyarakat setempat bukan dari pemerintah PNG, kata Jubir RI. Para nelayan tersebut berasal dari Palopo Sulawesi dan Deplu telah menyampaikan bela sungkawa terhadap keluarga korban. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006