Washington, DC (ANTARA News) - Utusan Presiden RI yang juga menjabat sebagai penasehat ekonomi, Dr. Sjahrir kini tengah mempelajari sistem keuangan di Amerika Serikat, untuk mencegah kemungkinan terjadinya krisis moneter seperti yang menimpa Indonesia pada 1997-1998. Sjahrir selama di Amerika melakukan pertemuan dengan Departemen Keuangan AS, Bank Sentral (Federal Reserve), Kementerian Luar Negeri AS, Bank Dunia, IMF dan sejumlah lembaga keuangan swasta di New York dan Washington, DC. Kepada ANTARA News di Washington, DC, Rabu, Sjahrir mengatakan, kunjungan ke AS itu dimaksudkan untuk lebih memahami sistem Amerika dalam memantau dan mengawasi pasar (market monitor and surveillance), pengelolaan utang pemerintah dan aset luar negeri demi menjaga stabilitas nasional maupun eksternal. "Sistem market monitoring kita harus diperbaiki. Kita harus menjadikan suatu cara atau institusi sehingga kalau kita melihat ada hal-hal yang mengkhawatirkan, kita bisa bertindak dengan cepat," kata Sjahrir. Pemerintah juga tengah menawarkan suatu instrumen keuangan berupa surat utang negara guna memperkuat ekonomi dalam negeri. "Magnitudenya makin besar. Tidak hanya jumlahnya tapi juga minat asing meningkat dan sudah sampai pada tingkat ritel seperti ke ibu-ibu rumah tangga," katanya. Ia menambahkan, membeli surat utang negara merupakan suatu investasi yang aman, karena pemerintah selama ini senantiasa menyelesaikan kebijakan keuangan dan fiskal dengan hati-hati dan bijaksana. "Ini semua untuk mencegah defisit fiskal yang terlalu besar serta gejolak suku bunga yang terlalu tajam."(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006