Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar menyatakan tidak setuju dengan gagasan mengalirkan lumpur panas dari PT Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jatim, ke laut. "Saya tidak menginginkan itu. Memang mungkin saja (dialirkan ke laut) tetapi saya ingin usahakan supaya tidak dialirkan ke laut," katanya menjawab pertanyaan wartawan di Istana Wapres Jakarta, Kamis (10/8) usai menghadiri peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2006. Menurut dia, jika dilakukan maka hal itu sama saja dengan memindahkan perkara menjadi lebih parah karena jika lumpur itu berada di laut maka akan sulit dikontrol. Jika sudah berada di laut, ia khawatir lumpur itu nantinya akan "bergentayangan" ke wilayah Muncar, Tanjung Perak, Madura atau Bali. "Tapi kalau di darat kan lumpur itu bisa dipagari, dibuatkan waduk, atau diolah," katanya. Saat ini, kata Rachmat Witoelar, pihaknya dengan bantuan peneliti dari perguruan tinggi tengah melakukan riset untuk mengetahui lebih jauh apa manfaat dari lumpur itu. Sejauh ini, katanya, lumpur yang sudah menjadi padat dan menggunung itu bisa digunakan untuk bahan baku bangunan seperti batu bata. "Sekarang sedang diteliti apakah bisa ditanami tanaman yang lebih komersil harganya dibandingkan padi, seperti pohon buah merah atau jambu mete," katanya. Ketika ditanya apakah lumpur yang digunakan sebagai bahan baku itu tidak membahayakan kesehatan, ia mengatakan, karena bentuknya sudah padat maka dipastikan tidak berbahaya asalkan tidak dihisap di udara saja. Menteri juga menambahkan, demi keamanan dan kenyamanan hidup warga, maka relokasi penduduk ke tempat yang lebih aman mutlak dilakukan dan mengenai biayanya akan menjadi tanggungan PT Lapindo Brantas.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006