Surabaya (ANTARA News) - Keputusan kontroversial yang diambil wasit Slamet Riyadi, merusak permainan "fair play" yang ditunjukkan Persma Manado dan Pelita Jaya Purwakarta pada pertandingan babak delapan besar Divisi I Liga Indonesia 2006 di Stadion Tambaksari Surabaya, Kamis petang. Keputusan kontroversial wasit asal Sleman itu terjadi saat pertandingan babak kedua tersisa tujuh menit, dimana hukuman penalti untuk kubu Pelita Jaya, tiba-tiba dibatalkan hanya selang dua menit kemudian setelah mendapat protes keras dari pemain Persma. Penalti itu dijatuhkan Slamet Riyadi, karena pemain belakang Persma, Yetna Mouha Felix, menyentuh bola dengan tangan di kotak terlarang. Pemain dan ofisial Pelita Jaya langsung bersorak saat wasit menunjuk titik putih, tanda tendangan penalti. Namun pemain Persma tidak terima dengan keputusan tersebut dan melakukan protes keras. Bahkan sejumlah pemain terlihat mengerebuti dan menendang kaki wasit. Secara tiba-tiba, wasit Slamet Riyadi yang melakukan konsultasi dengan hakim garis membatalkan tendangan penalti, karena sebelum pemain belakang Persma menyentuh bola dengan tangan, pemain Pelita Jaya lebih dulu "offside". Keputusan itu balik direspon pemain dan ofisial Pelita Jaya. Bahkan pelatih Safrudin Fabanyo sempat meminta anak asuhnya keluar lapangan, hingga pertandingan terhenti hampir 10 menit, sebelum akhirnya kembali melanjutkan pertandingan. Striker Persma, Andi Supendi, mendapat kartu kuning kedua dan harus keluar lapangan, karena ketahuan menendang wasit saat melakukan protes hukuman penalti. "Wasit telah merusak jalannya pertandingan yang sebenarnya berlangsung menarik. Tolong PSSI membenahi korps baju hitam (wasit), sebelum memutuskan menggelar Super Liga," kata Fabanyo usai pertandingan. Menurut ia, keputusan wasit yang tidak konsisten tersebut, selain merugikan timnya, juga telah merusak citra sepakbola nasional dan juga korps wasit.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006