Jakarta (ANTARA News) - Mohammad Istiqamah Djamad, Comi Aziz Kariko, Ivan Penwyn, dan Alejandro Saksakame punya cara komunikasi yang unik, yaitu melalui musik akustik dengan balutan irama keroncong dan jazz.

"Ini adalah cara kami berbahasa," kata Is, vokalis band Payung Teduh, ketika ditemui usai manggung di LA Lights Java Soulantion Festival 2013, Minggu sore.

Komunikasi empat sekawan itu bukan satu arah, terbukti penonton di Panggung Soulnation terhanyut dengan petikan gitar Is, betotan bas Comi, gitalele Ivan, dan gebukan drum Cito. Sore itu, Payung Teduh memainkan salah satu lagu yang mengantarkan penonton ke sore hari, "Menuju Senja".

Alunan lembut terompet dari Ivan mendapat sambutan hangat dari penonton. "Harum mawar di taman. Menusuk hingga ke dalam sukma yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama, di sore itu menuju senja". Begitu bunyi lirik lagunya.

Menyimak "Angin Pujaan Hujan", "Rahasia", dan "Berdua Saja", ada satu garis besar yang dapat ditarik dari gaya lagu Payung Teduh, berlirik puitis, dan seluruhnya memakai bahasa Indonesia.

Is menciptakan sebagian besar lirik lagu Payung Teduh. Vokalis berambut keriting dan gondrong itu mengaku memang mengkhususkan diri membuat lirik berbahasa Indonesia.

"Krisis identitas. Gimana kita mau cinta sama Indonesia kalau kita nggak bisa pakai bahasa Indonesia. Lebih parah lagi, kita nggak tau bahasa Indonesia seperti apa," kata Is mengungkapkan keprihatinannya.

Ia pernah mencoba membuat lirik dengan bahasa Inggris, tetapi Comi berpendapat itu bukan gaya mereka. "Itu bukan Payung Teduh, makanya kami selalu pakai bahasa Indonesia," jelasnya.

Is tidak memungkiri dirinya pun penikmat musisi lain yang berbahasa asing. "Cuma fungsi saya dan teman-teman di Payung Teduh baru yang sekarang ini. Akan bikin yang terbaik, dengan bahasa Indonesia," katanya.

Mengusung bahasa Indonesia, Payung Teduh sedang menikmati berkarya tanpa harus memikirkan selera pasar. "Kami mau begini terus," kata Is.

Payung Teduh telah mengeluarkan dua album, "Payung Teduh" (2010) dan "Dunia Batas" (2012). Kini mereka ingin mempertanggungjawabkan keberadaan mereka di dunia musik dengan terus berkarya.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013