Beirut (ANTARA News) - Serangan udara Israel menewaskan 11 orang di utara Lebanon, Jumat, di tengah-tengah perdebatan di PBB soal draft resolusi untuk mengakhiri konflik Israel-Hizbullah. Serangan ke sebuah jembatan di dekat perbatasan Lebanon bagian utara dengan Suriah itu juga melukai 18 orang, kata sumber rumah sakit seperti dilaporkan Reuters. Belum ada penjelasan mengenai identitas para korban akibat serangan tersebut. Dubes AS untuk PBB John Bolton mengatakan bahwa Dewan Keamanan terus bekerja hingga malam untuk mencapai kesepakatan mengenai draft resolusi. "Saya belum menyerah atas kemungkinan kita mengadakan voting (Jumat)," kata Bolton. Namun belum ada teks yang diperkenalkan kepada 15 anggota dewan karena Lebanon meminta perubahan dimana Israel harus juga setuju. Beberapa utusan mengatakan bahwa resolusi mungkin diadopsi pada Sabtu. Rusia mengusulkan suatu resolusi penyeruan gencatan senjata selama 72 jam untuk mengurangi bencana kemanusiaan, sementara pengesahan draf resolusi AS-Perancis tertunda lagi. "Sayang sekali, kita berada pada kesimpulan bahwa kita tidak punya prospek yang cepat agar resolusi ini diterima," kata dubes Rusia untuk PBB Vitaly Churkin. Israel menolak usulan Rusia dan mengatakan bahwa usulan ini hanya akan membantu Hizbullah melakukan konsolidasi. Perang yang dimulai ketika Hizbullah menyandera dua tentara Israel 12 Juli lalu, telah menewaskan sedikitnya 1.018 orang di Lebanon dan 122 orang Israel. Korban di pihak Israel dan serangan roket-roket yang terus diluncurkan oleh Hizbullah juga telah mengikis dukungan publik di Israel kepada Perdana Menteri Ehud Olmert dan menteri pertahanan Amir Pertz, berdasarkan hasil angket. Poin perekat di PBB adalah soal kapan Israel harus menarik pasukannya dari Lebanon selatan serta kapan pasukan internasional dan Libanon masuk. Perancis, yang mungkin akan memimpin pasukan internasional, dan AS telah mencapai kesepakatan namun masih sulit untuk mengutak-atik teks yang bisa diterima oleh Israel, Lebanon dan Hizbullah. Lebanon ingin segara gencatan senjata dan penarikan pasukan Israel. Israel mengatakan bahwa mereka akan tetap bertempur hingga datangnya pasukan internasional. Sikap itu didukung oleh AS yang khawatir adanya kekosongan pengamanan sehingga dimanfaatkan Hizbullah. Kalangan diplomat mengatakan bahwa pejabat AS dan Israel telah mendiskusikan usulan untuk pengurangan operasi militer Israel begitu pasukan Lebanon dan internasional dikerahkan ke selatan Lebanon. Churkin mengatakan, Beirut menolak untuk menambah pasukan perdamaian PBB yang memiliki mandat berdasarkan pasal 7 Piagam PBB. Pasukan PBB dengan senjata ringan yang sudah berada di selatan Lebanon hanya boleh menembak untuk membela diri. Peperangan terus berlangsung meski Israel mengatakan bahwa mereka menahan rencana untuk menyerang lebih dalam, untuk memberi kesempatan diplomasi. Konflik Timur Tengah ini telah mengakibatkan krisis kemanusiaan, khususnya di selatan Lebanon. Rumah sakit kekurangan makanan, bahan bakar dan peralatan lainnya. Koordinator bantuan daruat PBB Jan Egeland mengatakan, gencatan senjata adalah hal yang sangat penting saat ini.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006