Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat akan membekukan sebagian besar bantuan militer ke Mesir karena operasi penumpasan yang dilakukan Kairo terhadap pendukung Presiden terguling Mohamed Morsi, kata sejumlah pejabat AS, Rabu.

Keputusan itu akan menghentikan pengiriman persenjataan utama yang mencakup helikopter Apache, pesawat tempur F-16 dan tank M1A1 Abrams, kata pejabat-pejabat itu kepada AFP, yang mengkonfirmasi laporan-laporan media AS.

Meski demikian, bantuan AS yang dipusatkan pada upaya pemberantasan terorisme, termasuk operasi di Gurun Sinai dekat perbatasan Israel, akan terus berlanjut, kata pejabat-pejabat itu.

Sebuah pengumuman mengenai kebijakan itu diperkirakan disampaikan akhir pekan ini, namun para pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu mengatakan bahwa pemerintah secara efektif sudah membekukan pengiriman perangkat militer mahal sejak kudeta 3 Juli dan operasi penumpasan mematikan yang dilakukan kemudian terhadap Ikhwanul Muslimin.

"Tidak ada peralatan yang telah dikirim dalam beberapa bulan ini," kata seorang pejabat.

Setelah penggulingan Morsi, Pentagon membatalkan latihan terencana dengan Mesir namun mengatakan, Washington tidak akan menghentikan semua bantuan, yang mencapai 1,5 milyar dolar setahun, yang sebagian besar dalam bentuk perangkat keras militer dan latihan.

Penumpasan terhadap militan di Mesir setelah penggulingan Presiden Mohamed Morsi oleh militer pada 3 Juli menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.

Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.

Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.

Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2013